Bisnis / Makro
Selasa, 28 Oktober 2025 | 10:33 WIB
Ilustrasi salah seorang pedagang bahan pokok. [Kontributor Suarajogja.id/Putu Ayu Palupi]
Baca 10 detik
  • Bank Indonesia terus memperkuat ketahanan pangan di wilayah Sulampua melalui sinergi produksi, distribusi, dan digitalisasi untuk menjaga stabilitas harga.
  • Inflasi pangan di Sulampua masih tinggi akibat gangguan pasokan dari cuaca dan hama, sehingga BI dorong Gerakan Pasar Murah dan Operasi Pasar dengan prinsip “Tiga Tepat.”
  • Upaya pengendalian inflasi dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat berpendapatan rendah dan disinergikan dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Suara.com - Bank Indonesia (BI) terus meningkatkan ketahanan pangan di Sulampua.  

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Ricky P. Gozali mengatakan, melalui  sinergi peningkatan produksi, efisiensi distribusi, dan dukungan digitalisasi dalam menjaga harga pangan.

"Kota jaga harga pangan tetap stabil, inflasi terkendali, dan kesejahteraan masyarakat terus meningkat," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Ricky P. Gozali dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Dia pun mengungkapkan alasan inflasi pangan bergejolak di Sulampua yang tercatat masih tinggi. 

Lantaran, disebabkan  oleh gangguan pasokan akibat kendala cuaca dan serangan hama.

"Kita mengajak pihak memperkuat pelaksanaan Gerakan Pasar Murah (GPM) dan Operasi Pasar dengan prinsip 'Tiga Tepat' tepat lokasi, tepat sasaran, dan tepat waktu," ujarnya.

Ilustrasi gerakan pasar murah. [Ist]

Melalui prinsip ini, dia menambahkan, intervensi pengendalian harga akan semakin efektif, terutama komoditas strategis seperti beras, cabai merah, bawang merah, dan ikan segar.

Selain itu, percepatan distribusi intra dan antarwilayah melalui Kerja Sama Antar Daerah (KAD) terus diperkuat guna memastikan pasokan mencukupi, khususnya di wilayah kepulauan dan pegunungan yang rawan gangguan logistik.

Ricky pun mengapresiasi kolaborasi erat seluruh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dalam menjaga inflasi nasional di level 2,65 persen (yoy) pada September 2025. 

Baca Juga: Bank Indonesia Salurkan Likuiditas Rp393 Triliun, Bank Asing Juga Kecipratan

Dia menekankan, pengendalian inflasi pangan tidak hanya berkaitan dengan stabilitas harga.

"Ini juga erat dengan kesejahteraan masyarakat berpendapatan rendah yang sebagian besar pengeluarannya digunakan untuk pangan," ungkapnya.

Menutup sambutannya, Ricky menyampaikan, agar seluruh agenda tersebut disinergikan dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG), selaras dengan upaya menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan. 

Hal ini didukung oleh Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDKMP), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan pelaku usaha lokal sebagai penguat rantai pasok daerah.

Load More