Suara.com - Venezuela dulu dikenal sebagai negara kaya, namun sekarang negara tersebut tengah menghadapi krisis ekonomi yang sangat memprihatinkan.
Harga barang-barang menjadi sangat mahal karena mata uang mereka mengalami hiperinflasi. Hal ini membuat masyarakat memilih meninggalkan negaranya tersebut untuk mendapatkan penghidupan yang lebih layak.
Menurut data dari PBB, tiap hari sekitar 5.000 orang Venezuela meninggalkan negara mereka dengan harapan memperoleh masa depan yang lebih baik di negara lain.
Namun Presiden Venezuela Nicolas Maduro membantah angka tersebut dan meminta badan internasional itu memperbaiki kembali.
Mengutip Deutsche Welle, ada beberapa hal yang menyebabkan krisis ekonomi parah yang terjadi di Venezuela.
Berdasarkan data Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tahun 2015, Venezuela terbukti memiliki cadangan minyak mentah terbesar di dunia, yakni mencapai 300 miliar barrel.
Angka ini melampaui Arab Saudi (266 miliar barrel), Iran (158 miliar barrel), dan Irak (142 miliar barrel).
Melihat kondisi tersebut, membuat mantan Presiden mendiang Hugo Chavez menempatkan minyak sebagai jantung ekonomi negara itu.
Namun, saat itu harga minyak tengah mengalami penurunan. Penurunannya mencapai 100.000 barel per hari pada bulan Februari. Universitas Pusat Venezuela mengatakan produksi minyak ini mencapai titik terendah dalam 70 tahun terakhir.
Tak heran jika pendapatan Venezuela mengalami penurunan dan berimbas juga pada situasi politik yang mulai memburuk.
Merosotnya harga minyak menyebabkan Venezuela mengalami defisit. Ditambah lagi dengan bertambahnya angka pengangguran dan melemahnya mata uang mereka.
Sementara itu, di dalam negeri, situasi politik mulai bergejolak. Ini kemudian menjadi penyebab inflasi bertambah parah.
Selanjutnya yakni, banyaknya uang yang beredar juga jadi penyebab inflasi. Anehnya pemerintah Venezuela malah mencetak lebih banyak uang ketika inflasi tengah tinggi.
Pemerintah Venezuela beralasan pencetakan uang ini sebagai upaya meningkatkan upah minimum di negara tersebut. Alasan lain karena mereka susah mendapatkan pinjaman.
Alih-alih meringankan beban masyarakat, keputusan ini malah makin bikin susah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
Terkini
-
100 Rumah Tangga Fakfak Dapat Listrik Gratis lewat Program BPBL
-
Muncul Penipuan Pembiayaan Mekaar Digital, PNM Imbau Masyarakat Lebih Waspada
-
Emiten Kelapa Sawit MKTR Raup Laba Bersih Rp 36,78 Miliar di Kuartal III-2025
-
BI: Utang Luar Negeri Indonesia Turun Tembus Rp 7.092 Triliun
-
Perkuat Ekonomi Kerakyatan, Holding Ultra Mikro BRI Salurkan Rp632 Triliun pada 34,5 Juta Debitur
-
Dorong Pemanfaatan Teknologi AI Inklusif, Telkom dan UGM Jalin Kerja Sama Strategis
-
OCA AI Assistant Tingkatkan Interaksi Pelaku Usaha dengan Pelanggan
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
RI Dinilai Butuh UU Migas Baru untuk Tarik Investor Jangka Panjang
-
KB Bank Bangkitkan Semangat Wirausaha Muda, Gen Z Ramaikan GenKBiz dan Star Festival Batam 2025