Suara.com - Jepang saat ini mengalami krisis angka kelahiran. Seorang pakar mengatakan, hal ini disebabkan booming-nya popularitas robot seks.
Para ahli khawatir maraknya kepemilikan robot seks di Jepang kian membuat tingkat kelahiran semakin menurun.
“Boneka seks robot memicu bencana tingkat kelahiran, karena pria Jepang yang kesepian menjauhkan diri dari hubungan secara normal dan memilih memacari robot,” kata seorang pakar dilansir dari Mirror.
Seorang pakar dari King's College London, dokter Kate Devlin menuturkan, minat pria kesepian Jepang terhadap wanita kini telah bergeser, mereka lebih tertarik pada 'kekasih buatan' ini.
Itulah sebabnya, robot seks ini diperkirakan akan semakin menurunkan angka kelahiran di Jepang.
Negeri Sakura ini memang mengalami penurunan populasi yang hebat lantaran makin sedikitnya jumlah bayi yang lahir. Jepang pun dikhawatirkan akan punah bila hal itu terus belangsung lama.
"Ada kekhawatiran bahwa di negara-negara seperti Jepang, di mana kesepian adalah masalah sosial yang besar. Nah, robot dapat memperburuk keadaan, yang menjadi pacar pria kesepian itu," kata dr Devlin.
Makin maraknya tren robot seks ini terkuak dalam video dokumenter di Russian Today tahun lalu. Dalam video itu, terungkap bagaimana boneka yang menyerupai manusia sungguhan itu dijadikan solusi banyak orang untuk menghapuskan kesepian dan kesendirian.
Perusahaan boneka bernama Dutch Wives mengungkapkan, sekitar 2 ribu robot seks telah terjual di Jepang meski dibanderol di harga Rp 85 juta untuk satu robot seks.
Baca Juga: Biaya Anak Makin Mahal, Warga Korea Selatan Lebih Pilih Pelihara Binatang
Penjual boneka seks Noburu Tanaka menilai, robot seks memang memunculkan perasaan yang luar biasa.
"Dia memang terlihat seperti boneka, tetapi ketika bersamanya, seolah-olah dia benar-benar hidup. Ketika kamu bercinta dengan istrimu, mungkin ada beberapa masalah. Dengan boneka, tidak ada yang menjadi masalah," katanya.
"Masalah terbesar di Jepang adalah penurunan angka kelahiran dan populasi. Ini bencana nasional. Jepang berada di persimpangan jalan, menghadapi ancaman kepunahan. Kami adalah spesies yang terancam punah." kata pakar demografi di NLI Research Institute Tokyo, Kanako Amano.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar