Suara.com - PT Pupuk Sriwidjaja dan PT Semen Baturaja menjalin sinergi untuk penyediaan bahan baku pupuk NPK berupa pemanfaatan "clay" yang dihasilkan industri semen.
Direktur Utama PT Pusri Mulyono Prawiro mengatakan, kerja sama ini dijalin karena di dalam komponen pembuatan pupuk NPK dibutuhkan asupan clay (sejenis tanah liat) sebagai komponen perekat pupuk yang ternyata bisa disuplai dari pabrik Semen Baturaja di Ogan Komering Ulu.
"Selama ini kami mengambil clay dari Tuban, tapi dengan adanya kerja sama ini maka Pusri dapat menghemat biaya transportasi. Ini sejalan dengan target efisiensi perusahaan," kata Mulyono seusai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bersama Dirut PT Semen Baturaja Jobi Triananda Hasjim di Palembang, Rabu (8/5/2019).
Setiap tahunnya, Pusri membutuhkan sekitar 30.000 ton clay untuk memproduksi 100 ribu ton pupuk NPK. Produk clay ini berkontribusi sekitar 20 persen dalam pembuatan pupuk.
NPK merupakan pupuk yang dibutuhkan untuk agro industri sektor pertanian untuk tanaman pangan dan sektor perkebunan untuk tanaman holtikultura.
Kebutuhan akan clay ini diperkirakan akan terus meningkat karena Pusri yang tergabung dalam Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) menargetkan akan meningkatkan produksi NPK secara grup menjadi sekitar 6 juta ton pada 2022.
Sementara ini Pupuk Kujang, Pusri, Pupuk Iskandar Muda, Petrokimia Gresik, Pupuk Kaltim sudah melampaui target 2,4 juta ton per tahun karena sudah memproduksi 3 juta ton (exsisting).
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) telah membangun pabrik NPK Fusion berkapasitas 1x100 ribu ton pada 2017. Pada tahun ini, Pusri akan membangun pabrik 2x200 ribu ton pada 2019.
Saat ini, kebutuhan NPK domestik diperkirakan sekitar 9,2 juta ton, sedangkan kapasitas produksi Pupuk Indonesia baru sekitar 3,3 juta ton, dan swasta lainnya baru sekitar 3 juta ton.
Baca Juga: Stok Pupuk Subsidi Jabar-Banten Aman untuk Dua Bulan ke Depan
Bagi Semen Baturaja, kerja sama ini sangat menguntungkan karena bahan baku clay tersebut sangat berlimpah di lokasi pertambangan kapur OKU Timur.
Direktur Utama PT Semen Baturaja Jobi Triananda Hasjim mengatakan, perusahaannya juga selama ini disuplai bahan baku 'fly ash' dan 'bottom ash' atau debu hasil pembakaran di boiler untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen.
"Kami sudah menerima fly ash dan bottom ash ini sejak 2017 dari Pusri, yang mana produk ini mengandung konten 4,0 persen dalam produk semen kami," kata Jobi.
Ke depan, Jobi berharap sinergi antar BUMN ini dapat terus ditingkatkan karena perusahaannya juga memiliki sejumlah anak usaha di bidang transportasi dan pemeliharaan pabrik. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Dugaan Korupsi Miliaran Rupiah, Kejati DIY Geledah Kantor BUKP Tegalrejo Jogja
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
Terkini
-
Menkeu Purbaya Ubah Aturan Kompensasi Bantu Arus Kas Pertamina dan PLN
-
Awas! Lebih dari 3.000 Bus Tak Layak Jalan di Momen Libur Nataru
-
RDMP Kilang Balikpapan Ditargetkan Beroperasi Pertengahan Desember
-
Butuh Waktu 8 Bulan, Bagaimana Proses Pengujian BBM Bobibos?
-
Saham Grup Bakrie dan GOTO Banjir Jual Bersih, BUMI Menjadi Top Seller
-
Emiten Kosmetik MRAT Gaet Restock untuk Digitalisasi Gudang
-
Penggunaan Dompet Digital Makin Luas, Tak Hanya Buat Bayar Makanan dan Belanja
-
Cara Refund Tiket MRT: KMT dan Tiket Digital
-
Harga Minyak Dunia Kembali Mendidih, Gegara Aksi AS Mau Akhir Perang Rusia-Ukraina
-
Riset: Perempuan Berisiko Dua Kali Lebih Besar Kehilangan Pekerjaan Akibat AI