Suara.com - International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional memperkirakan laju perdagangan dunia hanya akan tumbuh 0,5 persen pada kuartal I 2019 ini. Jika itu terjadi maka perdagangan global itu paling lambat sejak 2012.
Dilansir dari Reuters, IMF juga menurunkan perkiraan untuk pertumbuhan global tahun ini dan selanjutnya, memperingatkan bahwa lebih banyak tarif AS, China, atau tarif mobil Brexit yang lebih jauh dapat memperlambat pertumbuhan, melemahkan investasi, dan mengganggu perdagangan dalam negeri
Kendati demikian, Kepala ekonom IMF, Gita Gopinath mengatakan pemberi pinjaman global tidak melihat tanda-tanda resesi, tetapi memang melihat risiko penurunan yang signifikan untuk pertumbuhan global ke depan, termasuk meningkatnya tensi perang perdagangan.
Wakil direktur departemen penelitian IMF, Gian Maria Milesi-Ferretti mengatakan, perdagangan yang lesu disebabkan beberapa faktor. Termasuk ketidakpastian yang disebabkan oleh perang perdagangan AS-China, investasi yang lebih lemah, dan siklus siklus di sektor otomotif dan teknologi.
"Akhir 2018 cukup lemah. Anda memiliki kombinasi faktor yang berperan di sini, beberapa di antaranya bersifat sementara dan beberapa di antaranya mungkin merupakan tanda perlambatan yang lebih signifikan," Milesi-Ferretti
Milesi-Ferretti mengatakan perdagangan terutama didorong oleh barang-barang investasi, dan aktivitas investasi lemah di Amerika Latin, Eropa dan, China yang dihadapkan perlambatan permintaan domestik yang cukup besar.
"Ketika investasi melambat di China, itu terlihat di layar radar global," katanya.
Perdagangan global juga dilanda siklus penurunan perdagangan barang dan komponen yang terkait dengan produksi produk teknologi seperti iPhone dan elektronik lainnya.
"Siklus itu telah memberikan dorongan besar bagi perdagangan global pada akhir 2017, tetapi telah berubah dan sudah sangat lemah baru-baru ini dan itu menunjukkan angka-angka perdagangan, terutama di Asia," kata Milesi-Ferretti.
Baca Juga: Bos IMF Bakal Duduki Kursi Gubernur Bank Sentral Eropa
Berita Terkait
-
Demi Duit Rp 10 Juta, ABG 14 Tahun Dijual Tantenya ke Lelaki Hidung Belang
-
Gandeng Blibli, Oli Daihatsu Dijual Online
-
BI: Penurunan Suku Bunga Acuan Bisa Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
-
Harga Cabai Makin Pedas, Pemerintah Putar Otak Agar Rakyat Tak Menjerit
-
Pertumbuhan Ekonomi Semester I 2019 Hanya Kisaran 5,1 Persen
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
Terkini
-
BI: Ekonomi Indonesia Bisa Tertekan Imbas Bencana Aceh-Sumatra
-
Rupiah Terus Tertekan, Dolar Amerika Melejit ke Level Rp16.700
-
Produsen CPO Genjot Produksi di Tengah Tingginya Konsumsi Domestik
-
IHSG Berbalik Perkasa di Kamis Pagi ke Level 8.700
-
10,5 Juta Orang Diproyeksikan Bakal Berlibur Naik Pesawat di Nataru
-
Penyaluran KUR Perumahan Tembus Rp3,5 Triliun di Akhir 2025
-
Harga Emas Antam Hari Ini Masih Kesulitan Tembus Level Rp2,5 Juta
-
Bank Indonesia : Pasokan Uang Tunai di Wilayah Bencana Sumatera Aman
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Harga Emas Pegadaian Hari Ini 18 Desember 2025: Galeri 24 dan UBS Naik Tajam!