Suara.com - Mungkin tak banyak yang tahu kalau Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu sentra mangga di Indonesia. Lebih dari 1.500 hektare pohon mangga tumbuh subur di kabupaten di sisi utara dan barat Gunung Rinjani tersebut.
Kualitas mangga Arumanis dari daerah tersebut diakui para pedagang sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia. Agroklimatnya sangat cocok untuk budi daya mangga, karena berada di dataran rendah dekat dengan garis pantai, sehingga intensitas penyinaran matahari sangat optimal. Sentra mangga Lombok Utara, sebagian besar berada di Kecamatan Bayan, Kayangan, Gangga dan Pemenang.
"Kementerian Pertanian, melalui Direktorat Jenderal Hortikultura mendorong penataan kawasan mangga di Lombok Utara. Perlu diatur pola panennya, agar harga bisa terjaga, terlebih saat panen raya," ujar Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman, saat mengunjungi kawasan mangga, di Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Sabtu (28/9/2019).
Liferdi bertekad akan mendorong kawasan ini menjadi Kabupaten Mangga, di gugusan Nusa Tenggara, dengan memacu pengembangan kawasan hingga mencapai 2.000 hektare melalui APBN, APBD dan swadaya.
"Nah, sambil ditambah arealnya, dilakukan penataan kawasan eksisting yang sudah ada dengan mengatur panen off season-nya," katanya.
Menurut Liferdi, model kawasan mangga di Lombok Utara harus ditata dengan pendekatan korporasi sebagaimana Grand Design Hortikultura 2020 - 2024, yang kini tengah dimatangkan. Dalam hal ini, Direktorat Buah dan Florikultura sebagai "imam" yang menetapkan dan mengatur kawasan pengembangan, selanjutnya direktorat lain mendukung sesuai tugas pokok dan fungsinya.
Sementara itu, Direktorat Perbenihan mendukung penyiapan benih bermutu, Direktorat Perlindungan mendukung teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura mendukung lini pascapanen, seperti menyediakan gudang pascapanen dan sertifikasi GAP dan packinghouse.
"Dukungan sarana dan prasarana, teknologi budidaya maju, penguatan kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) petani hingga fasilitasi ekspor akan melibatkan eselon 1 lingkup Kementan bahkan kementerian/lembaga terkait lainnya. Tentu harus ada komitmen dan dukungan konkrit dari Pemda setempat," tukasnya.
Muhsin, petani sekaligus pedagang mangga dari Kecamatan Bayan mengakui, agribisnis mangga di daerahnya sangat menguntungkan.
Baca Juga: Kementan Sosialisasikan Permentan 43/2019 tentang Peraturan Pestisida
"Saya punya sedikitnya 1.500 pohon mangga, sebagian besar jenis Arumanis. Pemasaran terutama ke Jawa, mulai Probolinggo sampai Jakarta. Nyaris tidak ada kesulitan, karena kualitas mangga dari Bayan diakui sangat baik," katanya.
Muhsin menjelaskan, ia menerapkan teknologi offseason, dengan mengaplikasikan NPK dan zat pengatur tumbuh dengan bahan aktif paclobutrazol. Biaya perlakuan tersebut sekitar Rp 150 ribu per batang.
"Kalau satu pohon rata-rata menghasilkan 1 kuintal mangga, maka dengan harga jual Rp 4500 per kilogram, setiap pohon bisa menghasilkan Rp 450 ribu, atau masih ada untung sekitar Rp 300 ribu per pohon. Jadi dalam satu kali musim panen 1.500 pohon kami bisa dapat untung Rp 400 hingga Rp 450 juta. Sangat menguntungkan," ungkap Muhsin senang.
Musim panen raya mangga di Lombok Utara biasanya November hingga Februari, hampir bersamaan dengan sentra lain di Jawa. Muhsin bersama beberapa petani di Lombok Utara sudah mampu menerapkan teknologi budi daya offseason.
"Caranya, tanaman diberi perlakuan khusus. Biasanya dilakukan pada bulan Februari, sehingga bisa dipanen pada bulan Agustus - September. Kalau petani bisa panen di bulan tersebut, biasanya dapat harga yang bagus, karena daerah di Jawa banyak yang belum panen. Kami bisa kok atur, agar panen mangga bisa berlangsung sepanjang tahun," terang Muhsin antusias.
Tidak hanya menerapkan teknologi offseason, Muhsin mengatakan, untuk menghasilkan mangga yang berkualitas baik, pemeliharaan kebun wajib dilakukan mulai dari pemangkasan, sanitasi kebun hingga pengendalian hama dan penyakitnya.
Berita Terkait
-
Pengamat : Di Era Jokowi - JK, Swasembada Beras Jadi Kenyataan
-
Petani Gunakan Teknologi Canggih Drone Untuk Tabur Pupuk
-
Kementan Terus Dorong Pendampingan Pengembangan Korporasi Petani Padi
-
Mentan Inspeksi Gudang Beras di Surakarta, Stok Berlimpah
-
Kementan : Brigade Alsintan Kelola Distribusi Pemanfaatan Mesin Pertanian
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025
-
Bolehkah JHT diklaim Segera Setelah Resign? Di Atas 15 Juta, Ada Aturan Khusus
-
Kereta Gantung Rinjani: Proyek 'Rp6,7 Triliun', Investor China Ternyata Tidak Terdaftar
-
Impor Teksil Ilegal Lebih Berbahaya dari Thrifting
-
Kilang Balikpapan Diresmikan 17 Desember, Bahlil Janji Swasembada Energi di 2026
-
Harga Bitcoin Anjlok ke 82.000 Dolar AS, CEO Binance: Tenang, Hanya Taking Profit Biasa
-
6 Fakta Uang Rampasan KPK Dipajang: Ratusan Miliar, Pinjaman Bank?
-
Cara Membuat QRIS untuk UMKM, Ini Syarat yang Harus Dipersiapkan
-
Alasan Menteri Maruarar Sirait Minta SLIK OJK Dihapus atau Pemutihan Pinjol
-
Pesan Bahlil untuk Shell dan Vivo: Walaupun Tidak Menjual Bensin, Kebutuhan Rakyat Tersedia