Suara.com - Kementerian Keuangan memperkirakan defisit sampai akhir tahun ini akan mendekati angka 2,2 persen. Tentunya itu kabar buruk, pasalnya 2,2 persen jauh dari target yang di patok pemerintah di APBN 2019 yang sebesar 1,87 persen dan outlook defisit yang diperkirakan mencapai 1,93 persen, meskipun dalam amanat UU angka defisit tidak boleh lebih dari 3 persen.
Hal tersebut dikatakan Direktur Jenderal Pengelolaan, Pembiayaan dan Risiko, Luky Alfirman, di Gedung Kemenkeu, Jumat (25/10/2019).
Luky mengatakan pelebaran defisit itu terjadi karena ketidakpastian ekonomi global, yang tentunya berdampak pada situasi ekonomi dalam negeri.
"Kondisi ekonomi global dengan penuh ketidakpastian juga mempengaruhi," kata Luky.
Luky menuturkan, saat ini penerimaan negara tidak begitu baik ditengah-tengah ketidakpastian ekonomi global, untuk menangkal hal tersebut kata anak buah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ini, pemerintah terus mengambil langkah-langkah strategis untuk terus dapat membiayai APBN 2019.
"Karena ketidakpastian masih cukup tinggi. Kita akan membahas butuh stimulus supaya ekonomi tidak terpuruk dalam," kata Luky.
Sebelumnya Direktur Riset Centre of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah meminta Menteri Keuangan Sri Mulyani berani mengambil kebijakan yang countercyclical atau mendukung adanya stimulus bagi pertumbuhan dalam menghadapi dinamika kondisi global yang melambat dan masih diliputi ketidakpastian.
"Yang kita butuhkan kebijakan countercyclical baik di moneter, fiskal maupun di sektor riil," kata Piter saat dihubungi Suara.com beberapa waktu lalu.
Piter menjelaskan APBN sebagai alat kebijakan fiskal bisa memberikan stimulus ketika kondisi ekonomi dalam negeri menghadapi tantangan global yang berpotensi menghambat kinerja pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Jabat Menkeu 2 Periode, Sri Mulyani Terenyuh Curhat soal Suami
"Kebijakan moneter yang sudah pro growth hendaknya diimbangi oleh Sri Mulyani dengan kebijakan fiskal yang penuh dengan stimulus terhadap perekonomian," ucapnya.
"Jangan takut untuk melebarkan defisit, harus berani menghadapi kritik atas terus bertambahnya utang pemerintah. Fokus kepada pertumbuhan ekonomi," tambah Piter.
Benar saja perkataan Piter ini, karena pemerintah memperkirakan defisit akan mendekati 2,2 persen hingga akhir tahun ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Tahun 2025, Update Terbaru OJK Desember
-
Daftar Bank yang Tutup dan 'Bangkrut' Selama Tahun 2025
-
Pemerintah Kucurkan Bantuan Bencana Sumatra: Korban Banjir Terima Rp8 Juta hingga Hunian Sementara
-
Apa Itu MADAS? Ormas Madura Viral Pasca Kasus Usir Lansia di Surabaya
-
Investasi Semakin Mudah, BRI Hadirkan Fitur Reksa Dana di Super Apps BRImo
-
IPO SUPA Sukses Besar, Grup Emtek Mau Apa Lagi?
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
BUMN Infrastruktur Targetkan Bangun 15 Ribu Huntara untuk Pemulihan Sumatra
-
Menpar Akui Wisatawan Domestik ke Bali Turun saat Nataru 2025, Ini Penyebabnya
-
Pemerintah Klaim Upah di Kawasan Industri Sudah di Atas UMP, Dorong Skema Berbasis Produktivitas