Suara.com - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memastikan, para penambang nikel tidak akan menjual bijih nikel atau ore keluar negeri.
Para penambang, kata Bahlil, akan menjual bijih besi ke perusahaan smelter dalam negeri untuk diolah, sehingga memunyai nilai tambah.
Hal tersebut dipastikan setelah adanya pertemuan antara BKPM dengan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), serta Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan & Pemurnian Indonesia (AP3I).
"Proses pengambilan keputusan dilakukan atas dasar kesamaan pandang hasil kajian mendalam dengan menjunjung tinggi kecintaan negara.bahwa meningkatkan nilai tambah terhadap sumber daya alam kita adalah cita-cita dan keinginan bersama," kata Bahlil dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (12/11/2019).
Bahlil mengungkapkan, sebanyak 26 perusahaan sepakat untuk tidak mengekspor bijih nikel. Nantinya, para perusahaan tersebut akan menjual ke para perusahaan pemilik smelter dengan harga internasional maksimal USD 30 per metrik ton.
"Rapat itu yang hadir 47 perusahaan, yang memiliki smelter ada 37 perusahaan. Perusahaan yang diverifikasi lolos terdaftar 9 perusahaan, 2 di kroscek lagi," jelas dia.
Kendati demikian, Bahlil tak merinci aturan apa yang digunakan dalam kesepakatan tersebut. Menurutnya, 26 perusahaan tersebut sepakat tak lagi mengekspor bijih nikel karena berdasarkan kesepakatan bisnis.
"Menurut saya, cara ini harus dipakai dalam membangun negosiasi dalam konteks penyelesain bisnis karena tidak smeuanya dalam bentuk SK," kata dia.
Baca Juga: Ekspor Bijih Nikel Dilarang, PURE Siap Ajak Kerja Sama Penambang
Berita Terkait
-
Ekspor Bijih Nikel Dilarang, PURE Siap Ajak Kerja Sama Penambang
-
Eksportir Bandel Kirim Bijih Nikel, Izin Usaha Bakal Dicabut
-
Kepala BKPM Ungkap Ekspor Bijih Nikel Justru Merugikan Negara
-
Jokowi Sebut Bahlil Lahadalia Jadi Perwakilan Menteri dari Papua
-
Profil Bahlil Lahadalia, Anak Kuli Masuk Istana
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Kemenperin Mau Stop Impor, Dana Belanja Pemerintah Hanya untuk TKDN Tinggi
-
Rendahnya Utilitas vs Banjir Impor: Menperin Ungkap Tantangan Industri Keramik Nasional
-
Kerugian Akibat Bencana di Aceh Timur Capai Rp5,39 Triliun, Berpotensi Bertambah
-
Apa Itu De-Fi atau Decentralized Finance? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
IPO SpaceX Ditargetkan 2026, Valuasinya 28 Kali Lebih Besar dari BBCA
-
Di Balik Aksi Borong Saham Direktur TPIA, Berapa Duit yang Dihabiskan?
-
Berkat Pemberdayaan BRI, Batik Malessa Ubah Kain Perca hingga Fashion Premium
-
BSU Guru Kemenag Cair! Ini Cara Cek Status dan Pencairan Lewat Rekening
-
Update Harga Sembako: Cabai dan Bawang Merah Putih Turun, Daging Sapi Naik
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen