Suara.com - Ore nikel kadar rendah berpotensi menumpuk di Indonesia lantaran smelter di dalam negeri disebut-sebut tak mampu mengolah ore nikel kadar rendah.
Selain itu, pada awal tahun 2020 akan diberlakukan larangan ekspor ore nikel. Hal tersebut semakin menimbulkan kekhawatiran para penambang ore nikel.
Penambang asal Sulawesi, Zaldy Layata mengungkapkan kekhawatirannya pada ore kadar rendah 1,4% - 1,5% akan ditumpuk.
Menurut Zaldy kadar ore nikel minimum yang biasanya dapat diolah industri smelter di Indonesia adalah kadar 1,8%, sedangkan kadar 1,7% terkadang diterima oleh smelter, meski kata dia sering ditolak.
Lebih lanjut Zaldy mengaku bahwa pihaknya tengah menjajaki kerjasama dengan smelter-smelter domestik untuk persiapan Januari 2020. Untuk itu, Zaldy sudah mulai memproduksi kadar tinggi (high grid) agar dapat diserap smelter domestik.
"Biasanya kami kawinkan ore nikel berkadar 1,5% dengan ore nikel berkadar 1,9% hingga dapat menghasilkan kadar 1,7%, atau kawinkan ore nikel berkadar 1,6% dengan ore nikel berkadar 1,9% hingga dapat menghasilkan kadar 1,8%"," kata Zaldy, Selasa (10/12/2019).
Secara terpisah, Wahyudi Agus selaku penanggung jawab teknik & lingkungan smelter asal Sulawesi Tenggara, PT Virtue Dragon Nickel, menjelaskan bahwa ore kadar rendah bisa saja diolah, namun diperlukan proses tambahan untuk mengolahnya.
Menurut Dia, barang yang masuk dari penambang belum tentu sesuai yang diharapkan (kadarnya). Maka pihaknya perlu melakukan blending untuk pendekatan (kadar nikel) seperti yang diinginkan dari sisi metalurgi.
"Kendalanya disitu untuk proses produksi, karena harus dipertimbangkan juga outputnya. Jadi bukan tidak bisa (diolah), tapi costnya lebih tinggi. Kalau Ore dengan kandungan nikel sebesar 1,8% masih masuklah. Kandungan nikel dibawah itu nanti akan kami blending. Kalau kandungannya dibawah 1,75% ya tetap diblending. Kadar nikel yang biasanya dihasilkan setelah diolah sekitar 10-13%”, ujar Wahyudi.
Baca Juga: Penambang Khawatir Ore Nikel Kadar Rendah Sulit Diserap Smelter Lokal
Sementara itu, perusahaan smelter asal Bogor, PT Trinitan Metals and Minerals, Tbk (PURE) mengklaim bahwa pihaknya sudah memiliki teknologi yang mampu mengolah ore nikel kadar rendah bahkan hingga kadar 1% sekalipun.
Deputy Director Trinitan Metals and Minerals, Andika Vidiarsa menjelaskan bahwa ada keterkaitan antara teknologi yang dimiliki smelter dengan biaya produksinya.
Menurut Dia jika smelter memiliki teknologi yang mumpuni, maka biaya produksi akan semakin efisien. Dia mengaku bahwa teknologi yang dimilikinya sudah mampu mengolah ore nikel kadar rendah secara efisien dan ramah lingkungan.
"Di sini kami sudah memiliki teknologi yang mampu mengolah ore kadar rendah hingga jenis yellow lemonite, yaitu ore dengan kadar 1% - 1,5%. Maka kami ga perlu melakukan proses blending untuk mengolah ore kadar rendah," papar Andika Vidiarsa, Deputy Director Trinitan Metals and Minerals.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Prediksi Timnas Indonesia U-17 vs Zambia: Garuda Muda Bidik 3 Poin Perdana
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Stagnan, Tapi Antam Masih Belum Tersedia
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
Terkini
-
Tiba-tiba Menkeu Purbaya Minta Maaf ke Kementerian dan Pemda
-
Telin dan Cabos de Timor-Leste, E.P. Perkuat Kolaborasi Bilateral Pengembangan Infrastruktur Digital
-
Menkeu Purbaya Balas Protes Pedagang Thrifting: Harga Murah Tapi Merusak Industri Kita
-
Kajian CPI: Investasi Sektor Ketenagalistrikan di RI Masih Jauh dari Target
-
Pemda Pinjam Duit ke Pemerintah Pusat, Menkeu Purbaya Beri Bunga 0,5 Persen
-
CIO Danantara Pandu Sjahrir Bantah Emiten TOBA Ikut Tender Proyek Waste-to-Energy
-
Telkom Jamin Keamanan Data dan Keandalan Sistem, HDC NeutraDC-Nxera Batam Raih Sertifikasi Tier-3
-
7 Fakta PHK Massal Karyawan Pabrik Ban Michelin Cikarang Timur
-
4 Syarat Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan, Siapa Saja Bisa Ajukan?
-
Bangun Pabrik Soda Ash Pertama, Dirut Pupuk Indonesia: Impian Tiga Dekade Lalu Akhirnya Terwujud