Suara.com - Pemerintah resmi mengeluarkan paket kebijakan insentif untuk memberikan stimulus bagi perekonomian tahun ini. Tujuan paket kebijakan ini agar bisa mengurang dampak negatif merebaknya virus corona (covid-19) bagi perekonomian Indonesia, salah satu sektor yang mendapat stimulus ini adalah sektor pariwisata.
Lantas sudah ampuhkah stimulus ini dalam menggairahkan sektor pariwisata yang sedang lesu akibat corona?
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta masyarakat bersabar, karena kebijakan ini baru saja dilakukan sehingga hasilnya belum terlihat nyata.
Saat ini paket tersebut sudah diarahkan untuk perpajakan daerah, hotel hingga restoran yang di nol kan oleh pemerintah.
"Pemerintah memberikan satu paket stimulus untuk perpajakan daerah, hotel dan restoran di nol kan," kata Airlangga saat ditemui di Hotel Four Seasons, Jakarta, Kamis (3/5/2020).
Selain itu kata Ketua Umum Partai Golkar ini pemerintah juga memberikan stimulus kepada perusahaan restoran hingga hotel sebesar Rp 3,3 triliun.
"Pemerintah memberikan hibah Rp 3,3 triliun artinya perusahaan tidak dicas pajak yang 10 persen yang bisa cash flow perusahaan tersebut sehingga tidak perlu layoff, dari situ Pemerintah akan mempercepat program kartu prakerja dan bisa dilakukan pelatihan pelatihan," katanya.
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan sejumlah insentif fiskal yang tengah dipersiapkan tersebut tak bakal ampuh.
"Pemerintah sudah memutuskan untuk memberikan insentif fiskal. Saya setuju dengan insentif fiskal, tapi bentuknya kok lebih terfokus ke pariwisata ya?" tanya Piter saat dihubungi Suara.com.
Baca Juga: Corona Mengguncang Sektor Pariwisata
Yang baik, lanjut Piter seharusnya pemerintah tidak hanya memberikan insentif fiskal bagi sektor pariwisata saja, tetapi juga kepada sektor yang lain. Apalagi kata dia saat ini daya beli masyarakat juga sedang turun.
"Saya kira pemerintah hendaknya tidak hanya fokus memberikan insentif kepada sektor pariwisata. Tetapi insentif secara umum yang diharapkan bisa membangkitkan permintaan domestik," saran Piter.
Sejumlah insentif ini, lanjut Piter pun akan sia-sia saja, jika tidak dibarengi dengan sejumlah insentif yang lain. Apalagi kata dia masyarakat saat ini dihadapkan atas kebijakan yang justru makin menggerus daya beli, seperti halnya kenaikan tarif BPJS Kesehatan hingga beberapa tarif terkait cukai.
"Pariwisata dikasih potongan, tapi disisi lain pemerintah menaikkan tarif BPJS, cukai rokok, cukai plastik bahkan Ada rencana cukai kendaraan bermotor. Ada rencana meninjau subsidi gas dan listrik, semua kebijakan ini kan menggerus daya beli," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Kuartal Panas Crypto 2025: Lonjakan Volume, Arus Institusional dan Minat Baru Investor
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
-
IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing