Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang bulan Februari 2020 kinerja ekspor impor Indonesia boleh dibilang sangat lesu sekali. Pasalnya dua kegiatan perdagangan internasional tersebut turun cukup signifikan imbas merebaknya virus corona atau Covid-19.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Yunita Rusanti mengatakan yang paling berdampak ada pada sisi impor, terutama impor yang berasal dari China tempat awalnya virus corona menyebar.
"Ya ada pengaruh Covid 19 ini, di sana ada lockdown, jadi kegiatan ekspor-impor akan otomatis mempengaruhi ke angka neraca perdagangan kita dari China," kata Yunita dalam video conference di Jakarta, Senin (16/3/2020).
Dia mengungkapkan kegiatan ekspor maupun impor yang akan ke China mengalami pengaruhnya yang cukup besar imbas virus corona.
"Jadi ekspornya turun 11,63 persen dan impornya turun 49,63 persen, jadi cukup signifikan," jelas dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia sepanjang bulan Februari 2020 mengalami surplus yang cukup signifikan yakni mencapai 2,34 dolar AS.
Angka surplus ini didapat dari nilai ekspor yang mencapai 13,94 miliar dolar AS dan impor sebesar 11,6 miliar dolar AS.
"Neraca perdagangan barang Indonesia pada Februari 2020 ini kita lihat pada Februari 2020 barang kita mengalami surplus sebesar 2,34 miliar dolar AS angka surplus ini cukup besar," kata Yunita.
Yunita bilang surplus ini didapat karena penurunan yang cukup taj dari sisi kinerja impor, terutama impor yang datang dari China mengalami penurunan cukup tinggi karena virus corona atau Covid-19.
Baca Juga: Imbas Corona, Impor China ke RI Anjlok 1,9 Miliar Dolar
"Ini lebih disebabkan karena impornya turun cukup signifikan dan ekspornya naik," katanya.
Sehingga kata dia sepanjang Januari hingga Februari 2020 neraca perdagangan Indonesia sudah suprlus 1,7 miliar dolar AS.
"Jadi Januari hingga Februari 2020 kumulatif ini surplus sebesar 1,7 miliar dolar AS," katanya.
Sementara itu untuk negara-negara yang surplus perdagangan dengan Indonesia adalah Amerika Serikat India dan Belanda.
"Yang dominan adalah dengan Amerika Serikat di mana suprlusnya total 2,1 miliar dolar AS, India kita surplus 1,1 miliar dolar AS sedangkan dengan Belanda kita surplus 402 juta dolar AS," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
Terkini
-
Finex Menandai Ulang Tahunnya yang ke-13 dengan Gala Dinner
-
KB Bank - PT KAI Medika Indonesia Hadirkan Fasilitas Pembiayaan bagi Brawijaya Hospital Tangerang
-
Pemulihan Bencana Sumatra Telan Rp 60 T, Purbaya Pastikan Tak Ganggu Pertumbuhan Ekonomi RI
-
Eksplorasi 'Ladang Hijau' Irak Dibuka: Kesempatan Emas bagi Pertamina di Sektor Hulu Migas
-
BRI Peduli Hadir untuk Masyarakat Terdampak Bencana Sumatra, Salurkan Donasi di Lebih 40 Lokasi
-
Purbaya Siapkan Rp 60 T Tangani Banjir Sumatra, Diambil dari Anggaran Program-Rapat Tak Jelas
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
-
SMRA Terbitkan Obligasi 500 Miliar di Tengah Penurunan Laba Bersih
-
Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%