Suara.com - Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menilai menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus menerus dalam beberapa waktu belakangan, dikarenakan membanjirnya suplai mata uang negeri Paman Sam tersebut di dalam negeri, akibat pemerintah menarik utang secara besar-besaran.
"Harus diingat bahwa rupiah menguat adalah refleksi dari pasokan dolar yang meningkat luar biasa masuk ke Indonesia dari utang global bonds," kata Faisal dalam sebuah diskusi online di Jakarta pada Rabu (10/6/2020).
Faisal menambahkan, Pemerintah Indonesia telah melakukan penarikan utang lebih banyak di saat pandemi Virus Corona atau Covid-19. Terakhir kali, pemerintah menerbitkan surat berharga negara (SBN) dalam bentuk global bonds seri RI0470 dengan tenor selama 50 tahun.
Penerbitan obligasi pemerintah senilai 1 miliar dolar AS tersebut memiliki imbal hasil atau yield 4,5 persen dan akan jatuh tempo pada 15 April 2070 mendatang.
"Nanti akan kita lihat global bonds ini, ada yang berupa valas yang 100 persen dimiliki asing. Kemudian ada setiap periode pemerintah itu mengeluarkan surat utang dari denominasi rupiah, bunganya tinggi sekali 7 persen, 8 persen. Nah, asing kan sekarang kelebihan likuiditas karena adanya dana stimulus quantitave easing dan mereka masuk ke Indonesia membeli surat-surat utang pemerintah karena bunganya, tetapi bukan untuk tujuan jangka panjang," paparnya.
Dari data yang dimiliki Faisal, sampai Desember tahun lalu, kepemilikan asing akan Surat Utang Indonesia untuk lokal quarancy bonds itu paling tinggi di dunia mencapai 38,7 persen.
"Jadi kalau Jepang utangnya sebagian besar dalam bentuk yen dan dipegang oleh masyarakatnya sendiri, nah kalau ada apa-apa jadi misalnya nih, prediksi Covid ini akan mengalami lonjakan pada 14 Juni, kemudian akibat New Normal yang dipaksakan itu munculnya bulan depan. Nah, pada saat itulah asing mulai menjual bonds-bonds-nya lagi, nanti BI harus turun tangan. Nah, keluarlah cadangan devisa," katanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai penguatan yang terus terjadi terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tak terlalu baik. Hal itu karena akan mempengaruhi daya saing ekspor Indonesia.
"Terkait dolar ini operasi moneter Pak Gubernur BI baik, tapi ini agak-agak terlalu kuat nih Pak Gubernur," kata Airlangga dalam video teleconference di Jakarta, Selasa malam (9/6/2020).
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Melempem, Balik Lagi ke Level Rp 14.000 per Dolar AS
Menurut Ketua Umum Partai Golkar ini, ketika mata uang rupiah terus menguat justru merugikan para pelaku eksportir dalam negeri, karena nilai dolar yang makin lama makin murah, sementara hampir sebagian besar transaksi ekspor menggunakan dolar AS.
Akibatnya juga, penerimaan negara dari sektor devisa juga menurun karena harga satuan dolar yang makin turun.
"Jadi daya saing kita agak alrming juga, jadi penguatannya Pak Gubernur harus di adjust (penyesuaian) dikit nih Pak," katanya.
Berbeda dengan Airlangga, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyambut gembira dengan pergerakan nilai tukar rupiah yang saat ini sudah tembus di bawah level Rp 14.000. Atas perkembangan ini dirinya pun bersyukur.
"Alhamdulillah dengan rahmat Allah SWT bagi ekonomi Indonesia, siang ini rupiah sudah tembus di bawah Rp 14.000," kata Perry dalam video teleconference di Jakarta, Jumat (5/6/2020).
Dia pun optimistis bahwa penguatan mata uang garuda terhadap dolar AS akan terus terjadi, karena Perry menilai rupiah masih undervalued.
Berita Terkait
-
Rupiah Masih Berpotensi Bergerak Menguat Lawan Dolar AS
-
Nilai Tukar Rupiah Menguat ke Level Rp 13.956 per Dolar AS
-
Nilai Tukar Rupiah Berpotensi Menguat ke Level Rp 13.700 per Dolar AS
-
Rupiah Tembus Rp 13.000, Gubernur BI: Alhamdulillah Rahmat Allah
-
Gubernur BI Sebut Rupiah Bisa Terus Perkasa Lawan Dolar AS
Terpopuler
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
- 4 Mobil Bekas dengan Sunroof Mulai 30 Jutaan, Kabin Luas Nyaman buat Keluarga
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil Bekas 3 Baris 50 Jutaan dengan Suspensi Empuk, Nyaman Bawa Keluarga
- 5 Motor Jadul Bermesin Awet, Harga Murah Mulai 1 Jutaan: Super Irit Bensin, Idola Penggemar Retro
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Pertamina Bawa Pulang Minyak Mentah Hasil Ngebor di Aljazair
-
OJK Beberkan Update Kasus Gagal Bayar P2P Akseleran
-
Relokasi Rampung, PLTG Tanjung Selor Berkapasitas 20 Mw Mulai Beroperasi
-
Pusing! Pedagang Lapor Harga Pangan Melonjak di Nataru, Cabai Rawit Tembus Rp 80.000/Kg
-
Support Pembiayaan, BSI Dukung Program Makan Bergizi Gratis
-
Apresiasi Ferry Irwandi, IKAPPI Usul Skema Distribusi Masif untuk Tekan Harga Pangan
-
Awas! Ada 4 Bakteri Berbahaya di Bawang Bombai Ilegal
-
Danantara Guyur Pinjaman Rp 2 Triliun ke BTN, Buat Apa?
-
Maknai Natal 2025, BRI Peduli Wujudkan Kepedulian Melalui Penyaluran Puluhan Ribu Paket Sembako
-
Transformasi Makin Cepat, Potensi Ekonomi Digital Bisa Tembus 360 Miliar Dolar AS