Suara.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) buka suara terkait isu Perbankan Indonesia dikuasai asing. Menurut OJK, Perbankan Indonesia masih dikuasai oleh lokal.
Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK Anung Herlianto memaparkan, total bank yang ada di Indonesia saat ini sebanyak 110 bank. Menurutnya, dari total tersebut kategori bank asing tak sampai 50 persen.
"Definisi bank asing adalah kantor cabang bank asing yang ada di Indonesia dan bank yang dimiliki mayoritas asing, saat ini ada 40 bank," ujar Anung dalam diskusi Peran Pemilik dalam Mendukung Kinerja Bank secara virtual, Kamis (9/7/2020).
Sedangkan, lanjut Anung, perbankan di Indonesia dikuasai domestik dengan jumlah 70 perbankan, yang terdiri dari 4 bank pemerintah, 27 Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan 39 bank swasta.
Selain itu, Anung mengungkapkan, bank domestik juga masih menguasai 73 persen aset. Penguasaan pasar itu terdiri dari bank pemerintah 43,19 persen, BPD 8,35 persen, dan bank swasta nasional 21,49 persen. Sementara dari sisi bank asing, pangsa pasar asetnya hanya 27 persen. Terdiri dari kantor cabang bank asing 4,19 persen dan bank yang dikuasai asing 22,77 persen.
Dilihat dari pangsa pasar kredit, bank pemerintah juga masih menguasai dengan yang mencapai 43 persen, sisanya bank swasta nasional 24 persen, dan BPD 9 persen. Sementara untuk kantor cabang bank asing 3 persen dan bank yang dimiliki asing 21 persen.
Tak hanya itu, pangsa pasar dana pihak ketiga (DPK), masih dikuasai bank pemerintah sebesar 41 persen, bank swasta nasional 23 persen, dan BPD 8 persen. Sedangkan untuk bank yang dimiliki asing, menguasai 22 persen dan kantor cabang bank asing 6 persen.
"Sehingga, justru bank domestik itu lebih menguasai, meskipun kita perlu invite asing karena kita perlu modal," ucap dia.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Bukopin Rivan A Purwantono memastikan, meskipun saat ini sahamnya telah dikuasai asing, nasabah tak perlu khawatir.
Baca Juga: OJK Sebut Pandemi Corona Redam Peningkatan Kinerja Perbankan
Pasalnya, dengan adanya sodoran dana dari asing justru membuat Bukopin semakin melaku untuk menjalankan bisnis dan fokus ke UMKM.
"Saya kira enggak usah khawatir ya, ini ada banyak pertanyaan, tapi ini bagaimana komitmen Kookmin. Dengan template bisnis yang dilakukan di Korea diterapkan di Indonesia, itu yang paling penting artinya fokus ke UMKM juga dijalankan, dan penggunaan teknologi yang sudah digunakan Kookmin juga menjadikan kami lebih efisien SLA (service level agreement)," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Menkeu Purbaya Buka Lowongan Kerja Besar-besaran, Lulusan SMA Bisa Melamar jadi Petugas Bea Cukai
-
Pajak UMKM 0,5 Persen Bakal Permanen? Purbaya: Tapi Jangan Ngibul-ngibul Omzet!
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Aguan Punya Mal Baru Seluas 3,3 Hektare, Begini Penampakkannya
-
Gudang Beku Mulai Beroperasi, BEEF Mau Impor 16.000 Sapi Tahun Depan
-
Proses Evaluasi Longsor di Tambang PT Freeport Selesai Antara Maret atau April
-
Bahlil Dorong Freeport Olah Konsentrat Tembaga Amman
-
Purbaya Pesimis DJP Bisa Intip Rekening Digital Warga Tahun Depan, Akui Belum Canggih
-
Sempat Tolak, Purbaya Akhirnya Mau Bantu Danantara Selesaikan Utang Whoosh
-
Purbaya Duga Pakaian Bekas Impor RI Banyak dari China, Akui Kemenkeu Lambat Tangani