Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal pekan ini Senin (30/11/2020) dibuka di teritori negatif, terpantau IHSG melemah tipis ke level 5.779 setelah sebelumnya pada perdagangan akhir pekan kemarin ditutup menguat di level 5.783.
Melansir data RTI, IHSG di awal pra perdagangan IHSG turun 3,6 basis poin ke level 5.779 atau melemah 0,06 persen.
Namun setelah dibuka tepat pukul 09:00 Wib, laju IHSG justru balik arah dengan naik sampai level 5.791 naik 8,1 basis poin atau menguat 0,14 persen.
Namun sayangnya setelah itu laju IHSG tampak bergerak fluktuatif dengan naik turun di zona merah dan hijau.
Sementara itu indeks LQ45 juga dibuka ikutan merah pada awal pra perdagangan dengan turun 1,1 basis poin atau melemah 0,13 persen menuju level 918.
Sebanyak 143 saham menguat, 35 saham melemah dan 129 saham belum ditransaksikan.
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan, selama sepekan lalu laju IHSG bergerak sangat luar biasa dengan penguatan sebesar 3,80 persen, untuk awal pekan ini dirinya memperkirakan sentimen positif tersebut terus berlanjut.
"Nampaknya penguatan IHSG Senin ini akan berlanjut seiring penguatan Indeks Dow Jones sebesar 0,13 persen serta EIDO sebesar 1,66 persen," kata Edwin dalam analisanya, Senin (30/11/2020).
Tak hanya itu kata dia, sentimen positif juga datang dari berlanjutnya penguatan harga beberapa komoditas seperti CP0, nikel, dan timah serta berlanjutnya Net Buy Investor Asing berpotensi menjadi sentimen positif pendorong naik IHSG serta saham dibawah komoditas tersebut diantaranya AALI, LSIP, INCO dan TINS.
Baca Juga: Investor Pasar Modal di Sumut Capai 69.706
"IHSG kami perkirakan bergerak pada rentang 5.742 - 5.832 adapun saham-saham yang kami rekomendasikan hari ini adalah BRIS, MBAP, AALI, WIKA, PGAS, PTPP, LSIP, TBIG, TOWR dan ICBP," katanya.
Pada perdagangan akhir pekan lalu, IHSG ditutup menguat sebesar 0,41 persen kelevel 5.783. Sentimen penggerak pasar hari ini diantaranya bursa AS yang ditutup menguat membawa kabar positif untuk perdagangan hari ini.
Selain itu menanti kebijak The Fed yang diperkirakan masih akan tetap melonggarkan kebijkan moneter nya, terkahir menanti rilis data PMI Manufacturing China yang diperkirakan akan tetap berada diatas level 50 yaitu 51.5 menurut konsensus.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok