Suara.com - Tahun 2021 ini, kondisi ekonomi Gaza, Palestina makin terpuruk sebagai dampak dari pandemi yang masih berlangsung. Euro-Mediterannean, Human Rights Monitor melaporkan pada 24 Januari lalu bahwa Gaza tidak lagi bisa hidup pasca lebih dari 15 tahun hidup dalam kurungan blokade Zionis.
Dalam laporan tersebut, dikatakan juga bahwa tingkat angka pengangguran terus meningkat, seiring peningkatan jumlah masyarakat yang hidup dalam garis kemiskinan. Angka kemiskinan meningkat dari 40 persen di tahun 2005 menjadi 56% di tahun 2020 dari total populasi masyarakat Gaza.
Belum lagi, 7.000 truk bantuan kemanusiaan yang setiap tahun memasuki Gaza, hingga saat ini belum mampu untuk memenuhi kebutuhan setengah warga Gaza yang jumlahnnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Rasio angka kemiskinan di Gaza lebih dari 60 persen dan sekitar 31 persen tidak memiliki rumah, sehingga dari mereka hidup di tenda atau rumah-rumah bedeng karena tidak dapat membayar uang sewa apapun untuk tempat tinggal.
Salah satu cerita, hadir dari beberapa keluarga. Bangunan tempat tinggal keluarga Mohammed Alhawy nyaris tidak seperti rumah. Dinding bata yang ditambal seng dan jerami serta lantai pasir sama sekali tidak menggambarkan bangunan itu layak huni. Di tempat itulah, Faten Alhawy dan Mohammed Alhawy membesarkan delapan anak mereka.
“Kami khawatir dengan musim dingin, sebab kami tidak memiliki cukup pakaian, kasur, bahkan selimut,” kata Faten kepada mitra Aksi Cepat Tanggap yang mengunjunginya akhir Oktober 2020 lalu.
Keluarga Alhawy adalah satu dari ribuan masyarakat prasejahtera di Gaza. Mereka tinggal di bangunan yang memprihatinkan, sekadar beratap agar mereka terhindar dari suhu dingin. Namun, nyatanya musim dingin yang datang tiap tahun selalu tidak ramah. Tanpa makanan dan pakaian hangat, keluarga-keluarga di Gaza yang tinggal di rumah tak layak huni sekuat tenaga melawan gigil.
Kemiskinan menjadi belenggu yang terus melilit masyarakat Gaza. Bagaimana tidak? Dalam keluarga Alhawy saja, Mohammed tidak dapat bekerja. Ia menderita sakit neurologi, sekali pun bisa, tidak ada lapangan pekerjaan di Gaza. “Ini kasur satu-satunya yang kami punya,” kata Faten melanjutkan cerita.
Sembari menggendong anak bungsunya, Faten menunjukkan kasur tipis di pojok ruangan. Kasur itu diletakkan di celah rak kayu lapuk dan dinding. Kami tidak memiliki apa-apa, bahkan makanan. Kami tidak tahu bagaimana memberikan seragam sekolah kepada anak-anak, sekolah sebentar lagi dibuka. Bahkan, kami tidak bisa memberi mereka jajan. Apakah ini pantas disebut hidup?”
Ia pun berharap organisasi kemanusiaan dunia dapat menolongnya. “Kami memohon bantuan kepada orang-orang baik hati untuk menolong kami dan anak-anak ini,” ibanya. Kasus pengangguran di Gaza menjadi salah satu sebab prasejahtera ribuan keluarga di sana. Menurut Biro Pusat Statistik Palestina, tingkat pengangguran di Gaza meningkat 3,6 persen pada kuartal kedua tahun 2020, yakni 49,1 persen. Menurut angka tersebut, sekitar 42.900 orang di Gaza kehilangan sumber pendapatan mereka sejak akhir Maret 2020.
Baca Juga: Israel Kirim 2.000 Dosis Vaksin COVID-19 ke Tepi Barat Palestina
Lainnya, sebut saja Ayda. Ia menceritakan betapa tidak layaknya rumah mayoritas masyarakat sipil di sana.“Kami langsung lari membuat penghalang dari pasir agar air tidak masuk ke dalam rumah,” lanjut Ayda. Namun, usaha mereka mencegah air masuk ke rumah ternyata tidak berbuah banyak. Air menetes melalui celah-celah atap, bahkan membasahi kasur mereka. Jika sudah begitu, satu keluarga berjumlah enam orang itu tidak dapat lagi tidur di kasur dengan layak karena butuh waktu seminggu agar kasur kering dan tidak menyebabkan penyakit.
Bukan hanya di musim hujan, di musim panas keluarga Ayda juga harus menahan suhu yang pengap di rumah asbes mereka. Ayda adalah satu dari ribuan keluarga di Gaza yang membutuhkan bantuan tempat tinggal dan dukungan kebutuhan hidup. Ia berharap ada dermawan yang mau menolongnya, sehingga anak-anaknya bisa hidup lebih baik.
Berikhtiar membantu masyarakat Palestina, ACT tengah menginisiasi program-program tempat tinggal dan keluarga asuh antara keluarga Palestina dan dermawan Indonesia. Said Mukaffiy dari tim Global Humanity Response - ACT menjelaskan, program tempat tinggal untuk keluarga Gaza diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga prasejahtera, para yatim, dan para ibu orang tua tunggal.
“Rasio angka kemiskinan di Gaza lebih dari 60 persen. Sekitar 31 persennya tidak memiliki rumah, mereka hidup di tenda atau rumah-rumah bedeng. Mereka adalah keluarga miskin yang selama ini tidak dapat membayar uang sewa apa pun untuk tempat tinggal,” jelas Said.
Sementara itu, melalui program Keluarga Asuh Indonesia-Palestina, keluarga dermawan Indonesia diajak untuk membantu kebutuhan dasar keluarga-keluarga prasejahtera dengan mempersaudarakan keluarga Indonesia dan Palestina. “Misi program ini adalah menjalin silaturahmi antara dermawan dan penerima manfaat. Semoga Sahabat Dermawan dapat mendukung langkah kami ini,” harap Said.
Melihat urgensi yang ada, dan menjawab kebutuhan di Gaza, terdapat beberapa program masterpiece khusus yang akan diimplementasikan pada tahun 2021 yaitu Keluarga Asuh Indonesia-Palestina, Wakaf Rumah Palestina, Wakaf UMKM Palestina, dan Gaza Waqf Distribution Center.
Berita Terkait
-
Israel Kirim 2.000 Dosis Vaksin COVID-19 ke Tepi Barat Palestina
-
Israel Kirim Vaksin Covid-19 ke Palestina
-
Israel Mengaku sedang Mengirim 5 Ribu Vaksin Covid-19 ke Palestina
-
Gadis Ini Hafalkan Alquran dalam Waktu 6 Bulan, Kisahnya Menyentuh Hati
-
Pasukan Israel Robohkan Masjid di Tepi Barat, Diklaim Tidak Kantongi Izin
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
Satu Calon Pelatih Timnas Indonesia Tak Hadiri Proses Wawancara PSSI, Siapa?
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
Terkini
-
BRI Tebar Dividen Interim Rp137 per Saham, Cek Jadwal Terbaru Pasca Update
-
Harga Pangan 18 Desember: Beras, Bawang, Cabai, Daging Ayam dan Migor Turun
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
BI: Ekonomi Indonesia Bisa Tertekan Imbas Bencana Aceh-Sumatra
-
Rupiah Terus Tertekan, Dolar Amerika Melejit ke Level Rp16.700
-
Produsen CPO Genjot Produksi di Tengah Tingginya Konsumsi Domestik
-
IHSG Berbalik Perkasa di Kamis Pagi ke Level 8.700
-
10,5 Juta Orang Diproyeksikan Bakal Berlibur Naik Pesawat di Nataru
-
Penyaluran KUR Perumahan Tembus Rp3,5 Triliun di Akhir 2025
-
Harga Emas Antam Hari Ini Masih Kesulitan Tembus Level Rp2,5 Juta