Suara.com - Muhammad Kurnia Bijaksana, Pendiri Komunitas Crypto Legend Indonesia mengatakan, membeli dan menjual (trading) Bitcoin jangan karena ikut-ikutan. Cara yang benar adalah menggunakan data lewat analisis teknikal.
"Banyak orang melakukan trading Bitcoin dan jenis aset kripto hanya berdasarkan 'apa kata orang', bahkan ada sekadar ikut-ikutan teman tanpa bermodal dasar analisis teknikal alias charting. Tanpa menggunakan data, trading justru jadi bumerang. Bukan untung yang didapat, tetapi malah buntung," kata Kurnia dalam ‘Pelatihan Trading Aset Kripto’ yang digelar secara daring di Zoom, ditulis Rabu (10/3/2021).
Animo peserta pun sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan jumlah peserta yang mencapai 128 orang, cukup tinggi bagi kelas pelatihan aset kripto secara daring.
“Pelatihan ini sendiri sangat menarik karena turut menjajal bursa aset kripto FTX yang didirikan dan dipimpin oleh Sam Bankman-Fried. Di bursa itu, tak hanya aset kripto biasa yang tersedia, tetapi pula saham, misalnya Tesla dan Apple, termasuk valuta asing,” ujar Kurnia.
Sam Bankman-Fried belum lama ini didapuk sebagai orang terkaya kedua di dunia di bidang bisnis Bitcoin Cs dengan kekayaan mencapai 10 miliar dolar AS atau setara Rp 143 triliun, berdasarkan riset organisasi Hurun asal Tiongkok.
Kapan Beli dan Jual
Kata kurnia, analisis teknikal alias charting, setidaknya membantu investor dan trader, apakah harga aset sudah tepat untuk dibeli atau dijual.
"Jadi, kita tidak sekadar ikut apa kata orang, seperti yang ada di Twitter dan lain sebagainya. Kalau kita tidak punya ilmunya, maka sama halnya kita adalah korban 'pump-pump'," kata Kurnia.
Menurut Kurnia, ada sejumlah prinsip dasar dalam analisis teknikal, untuk memprediksi harga di masa depan, berdasarkan asumsi, bahwa “sejarah seringkali berulang”.
Baca Juga: Pria Ini Ancam Ledakkan Rumah Sakit Jika Tak Diberikan Uang Bitcoin
Hal lainnya, analisis teknikal menggunakan metode probabilitas. Artinya, hasil dari analisis hanya berkemungkinan besar, bukan selalu tepat dan pasti.
"Hasil analisis teknikal juga selayak peta untuk mengarungi pasar. Ia bukanlah seperti nasihat ampuh apalagi selayak 'wahyu'. Analisis teknikal juga harus disertai dengan 3 pilar penting lainnya, yakni sistem perdagangan, pengelolaan dana dan psikologi," tegasnya.
Kurnia mencontohkan indikator sederhana dalam analisis teknikal, yakni menggunakan Moving Average (MA). Indikator itu cukup ampuh digunakan dalam keputusan membeli atau menjual aset kripto, karena pada prinsipnya memperhalus gambaran pergerakan harga pada timeframe tertentu.
"MA pada dasarnya menyaring pergerakan harga yang cenderung mengandung noise, apalagi Bitcoin misalnya terkenal sangat volatil. Ketika misalnya MA lebih pendek, katakanlah MA50 menembus dari bawah terhadap MA100 dan MA200 (crossing/menyilang), maka harga dapat dikatakan mulai meningkat. Dan sebaliknya, jika MA50 menyilang dari atas MA yang lebih panjang, maka harga dapat dikatakan berpotensi terkoreksi," sebut Kurnia.
Prediksi Harga Bitcoin, 80 Ribu Dolar AS per BTC
Dalam pelatihan itu, Kurnia sempat memrediksi, bahwa harga Bitcoin berpotensi menyentuh harga puncak, yakni 80 ribu dolar AS per BTC dalam jangka panjang. Sedangkan dalam jangka pendek, setidaknya 63 ribu dolar AS per BTC.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
-
Menkeu Purbaya Pamer Topi '8%' Sambil Lempar Bola Panas: Target Presiden, Bukan Saya!
Terkini
-
Pemerintah Dorong Investasi Lab & Rapid Test Merata untuk Ketahanan Kesehatan Nasional
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Transaksi Belanja Online Meningkat, Bisnis Logistik Ikut Kecipratan
-
Regulator Siapkan Aturan Khusus Turunan UU PDP, Jamin Konsumen Aman di Tengah Transaksi Digital
-
Kredit BJBR Naik 3,5 Persen, Laba Tembus Rp1,37 Triliun
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
MedcoEnergi Umumkan Pemberian Dividen Interim 2025 Sebesar Rp 28,3 per Saham
-
Penyeragaman Kemasan Dinilai Bisa Picu 'Perang' antara Rokok Legal dan Ilegal
-
Meroket 9,04 Persen, Laba Bersih BSI Tembus Rp 5,57 Triliun di Kuartal III-2025