Suara.com - Harga minyak mentah dunia meroket lebih dari 2 persen pada perdagangan Kamis (12/3). Ini dipicu pelemahan dolar dan ekspektasi kelebihan pasokan minyak mentah akan berumur pendek karena penurunan tajam dalam stok bahan bakar Amerika dan dimulai kembali aktivitas penyulingan di Texas.
Mengutip CNBC, pada Jumat (12/3/2021) minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Mei, patokan internasional, ditutup melonjak 1,73 dolar AS atau 2,6 persen menjadi 69,63 dolar AS per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman April mengakhiri sesi 1,58 dolar AS atau 2,5 persen lebih tinggi, menjadi 66,02 dolar AS per barel.
"Kompleks tersebut pulih kembali ke atas level tertinggi kemarin dengan bantuan besar dari kombinasi dolar yang lemah/ekuitas yang kuat," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates.
Imbal hasil US Treasury turun pada Kamis, karena kekhawatiran tentang kenaikan inflasi mereda dan fokus beralih ke lelang surat utang bertenor 30 tahun.
Indeks Dolar (Indeks DXY) jatuh untuk hari ketiga berturut-turut dan berada di level terendah dalam sepekan terhadap sekeranjang mata uang.
Lebih sedikit dari perkiraan warga Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran, minggu lalu, karena lingkungan kesehatan publik yang membaik memungkinkan lebih banyak segmen ekonomi untuk dibuka kembali.
Penarikan besar-besaran stok bensin Amerika juga membantu meningkatkan harga minyak, kata Tamas Varga, analis PVM Oil Associates.
"(Ini) menyiratkan bahwa asupan minyak mentah penyulingan akan terus tumbuh, membalikkan peningkatan stok baru-baru ini yang kita lihat dalam tiga minggu terakhir karena Winter Storm Uri." Katanya.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun dari Level 70 Dolar AS per Barel
Stok bensin Amerika turun 11,9 juta barel dalam sepekan hingga 5 Maret menjadi 231,6 juta barel, kata Badan Informasi Energi (EIA), dibandingkan ekspektasi penyusutan 3,5 juta barel. Namun, persediaan minyak mentah melonjak 13,8 juta barel menjadi 498,4 juta barel.
Berita Terkait
Terpopuler
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
-
Menkeu Purbaya 'Semprot' Bobby Nasution Cs Usai Protes TKD Dipotong: Perbaiki Dulu Kinerja Belanja!
Terkini
-
Pertamina Klaim Masih Negosiasi dengan SPBU Swasta soal Pembelian BBM
-
Bahlil: BBM Wajib Dicampur Etanol 10 Persen
-
Didesak Beli BBM Pertamina, BP-AKR: Yang Terpenting Kualitas
-
BPKH Buka Lowongan Kerja Asisten Manajer, Gajinya Capai Rp 10 Jutaan?
-
Menkeu Purbaya: Jangan Sampai, Saya Kasih Duit Malah Panik!
-
Purbaya Kasih Deadline Serap Anggaran MBG Oktober: Enggak Terpakai Saya Ambil Uangnya
-
BKPM Dorong Danantara Garap Proyek Carbon Capture and Storage
-
Mengenal Kalla Group: Warisan Ayah Jusuf Kalla yang Menjadi Raksasa Bisnis Keluarga dan Nasional
-
Uang Primer Tumbuh 18,6 Persen, Apa Penyebabnya?
-
IHSG Sempat Cetak Rekor Level Tertinggi 8.200, Ternyata Ini Sentimennya