Contohnya seperti eFisheryFeeder Ikan, yaitu mesin pemberi pakan ikan otomatis yang dapat dikontrol melalui ponsel mereka.
Dengan eFisheryFeeder Ikan, Muktasim bisa dengan mudah mengatur jadwal pemberian pakan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Tidak hanya itu, setiap pakan yang dikeluarkan melalui eFisheryFeeder akan tercatat secara otomatis sehingga pembudidaya dapat terus memantau pengeluaran pakan setiap hari tanpa harus mencatat secara manual.
Selain itu ada juga layanan penyediaan pakan eFisheryFeed yang terintegrasi dengan layanan eFisheryFund.
“Melalui eFisheryFeed, pembudidaya bisa mendapatkan berbagai merk pakan sesuai kebutuhan dengan harga yang lebih kompetitif. Selain itu, pembelian pakan juga bisa lebih mudah karena kami menyediakan opsi pembayaran dengan sistem tempo eFisheryKabayan (Kasih Bayar Nanti) yang menjadi bagian dari eFisheryFund,” ujar Gibran.
Berkat pemanfaatan teknologi tersebut, Muktasim yang awalnya memiliki hanya 15 kolam patin, dalam 2 tahun terakhir mampu menambah jumlah kolam budidayanya menjadi 35 kolam.
Sehingga hasil panen yang diraup oleh Muktasim mampu mencapai 10 hingga 15 ton ikan patin per bulan, dari yang sebelumnya hanya berkisar 5 ton per bulannya.
Tidak hanya pembudidaya ikan, pemanfaatan teknologi yang tepat juga terbukti mampu meningkatkan penjualan agen pakan ikan yang dikelola Basori. Pria asal Malang tersebut bahkan mampu melebarkan sayap bisnisnya ke Kediri dan Blitar dalam 4 tahun terakhir, alias sejak dirinya berkenalan dengan eFishery.
Ia mencatat dalam sebulan perusahaannya bisa memasok 70 hingga 150 ton pakan per bulan ke tiga kota tersebut. Pasok pangan ini meningkat signifikan jika dibandingkan dengan catatan 4 tahun lalu yang hanya berkisar 25 hingga 35 ton per bulan.
Soal angka, Basori juga mengungkapkan kalau angka pertumbuhan dalam bisnisnya hingga 70% dan kontribusi eFishery mencapai 35%. Angka tersebut menurut Basori bisa dicapai, karena eFishery bisa membuka akses pasar yang selama ini belum dijangkau.
Baca Juga: Hari Pangan Sedunia: Bagaimana Nasib Petani Bawang Merah di Tawangmangu?
“Saat perikanan tumbuh, maka pakan yang tersedia; baik itu protein hewani yang dihasilkan di proses hilir, ataupun protein nabati yang tersedia karena pengurangan konversi pakan yang lebih rendah di proses hulu, akan lebih banyak. Itulah menjadi dasar kenapa kami ada, untuk berkontribusi mengurangi isu kelaparan dunia,” Gibran menambahkan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
IWIP Gelontorkan Pendanaan Rp900 Juta untuk Korban Bencana di Sumatera
-
AKGTK 2025 Akhir Desember: Jadwal Lengkap dan Persiapan Bagi Guru Madrasah
-
Dasco Ketuk Palu Sahkan Pansus RUU Desain Industri, Ini Urgensinya
-
ASPEBINDO: Rantai Pasok Energi Bukan Sekadar Komoditas, Tapi Instrumen Kedaulatan Negara
-
Nilai Tukar Rupiah Melemah pada Akhir Pekan, Ini Penyebabnya
-
Serikat Buruh Kecewa dengan Rumus UMP 2026, Dinilai Tak Bikin Sejahtera
-
Kuota Mulai Dihitung, Bahlil Beri Peringatan ke SPBU Swasta Soal Impor BBM
-
Pemerintah Susun Standar Nasional Baru Pelatihan UMKM dan Ekraf
-
Stok Di Atas Rata-rata, Bahlil Jamin Tak Ada Kelangkaan BBM Selama Nataru
-
Kadin Minta Menkeu Purbaya Beri Insentif Industri Furnitur