Suara.com - Data lembaga riset AS, AidData yang mengungkap utang tersembunyi Indonesia kepada China mencapai USD34,38 miliar, atau setara Rp488,9 triliun.
Namun demikian, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo menjelaskan, jumlah itu masih simpang siur.
Menurutnya, uang itu bukan utang pemerintah yang tidak dilaporkan atau disembunyikan. Melainkan utang non-pemerintah dan utang skema Business to Business yang dilakukan BUMN.
Lebih jauh, ia menjelaskan, utang pemerintah secara transparan sudah dijelaskan melalui proses Penarikan Utang Luar Negeri (ULN) yang dilakukan oleh pemerintah, BUMN, dan swasta gabg tercatat dalam Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI).
Laporan itu juga disampaikan secara bulanan oleh Bank Indonesia bersama Kementerian Keuangan.
“Berdasarkan data SULNI per akhir Juli 2021, total ULN Indonesia dari Cina sebesar USD 21,12 miliar, terdiri dari utang yang dikelola Pemerintah sebesar USD 1,66 miliar (0,8% dari total ULN Pemerintah), serta utang BUMN dan swasta dengan total mencapai USD 19,46 miliar,” tulis Prastowo melalui akun media sosialnya, dikutip via Solopos.com --jaringan Suara.com.
“Dengan demikian, dalam konteks Indonesia, tidak tepat jika terdapat ULN [termasuk pinjaman Cina] yang dikategorikan sebagai “hidden debt”. Semua ULN yang masuk ke Indonesia tercatat dalam SULNI dan informasinya dapat diakses oleh publik. Tak ada yg disembunyikan atau sembunyi-sembunyi,” sambung dia.
Berkaitan dengan utang BUMN yang dijamin, Prastowo menjelaskan hal itu dianggap sebagai kontinjensi pemerintah yang tidak membebani keuangan.
Kewajiban kontinjensi dijelaskannya memiliki batasan maksimal penjaminan oleh pemerintah.
Baca Juga: Indonesia Kampiun Piala Thomas, Bendera Merah Putih Tak Berkibar di Denmark
Batas maksimal pemberian penjaminan baru terhadap proyek infrastruktur yang diusulkan memperoleh jaminan pada 2020-2024 sebesar 6 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) 2024.
“Dengan tata kelola seperti ini, mitigasi risiko dilakukan sedini mungkin dan tdk akan menjadi beban pemerintah, apalagi beban yg tak terbayarkan. Jadi sekali lagi, tak perlu dikhawatirkan sepanjang dikaitkan dengan pemerintah,” pungkasnya.
Tag
Berita Terkait
-
Lembaga AS Ungkap Utang Tersembunyi Indonesia ke China Rp488 Triliun, Ternyata Dari BUMN
-
Apple Hapus Aplikasi Alquran untuk China, Alasannya karena Ini
-
Fosil Kalajengking Seukuran Anjing Ditemukan, Berusia 435 Juta Tahun
-
Media Sosial China Lenyapkan Penyanyi Malaysia dan Australia
-
Bantu Indonesia Juara Piala Thomas, Jonatan Christie: Saya Bukan Pahlawan
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 5 Sepatu Lari Rp300 Ribuan di Sports Station, Promo Akhir Tahun
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
Indonesia Eximbank Dorong Potensi Ekspor Kemiri Nusa Tenggara Barat
-
Purbaya Ungkap Bobrok Ekspor Komoditas RI, Ungkap Kinerja Bea Cukai
-
Tak Hanya Kredit, Bank Mandiri Buka Akses Pasar Ekspor UMKM di Jabar
-
PLTA Singkarak dan PLTU Teluk Sirih Tetap Beroperasi Pasok Listrik Sumbar
-
IHSG Pecah Rekor Lagi Ditutup Tembus Level 8.710, Apa Saja Pendorongnya?
-
Jelang Nataru, Mendag Busan Ungkap Kondisi Pasokan Bahan Pokok: Harga Cabai dan Bawang Mahal
-
Alasan Purbaya Tarik Bea Keluar Batu Bara Tahun Depan: Hilirisasi hingga Dekarbonisasi
-
Rupiah Jadi Mata Uang Asia Terlemah Hari Ini
-
Wamen ESDM: Investasi Hilirasi Nikel Diproyeksikan Tembus USD 618 Miliar pada 2040
-
Mulai Tahun Depan Nasabah Asuransi Kesehatan Ikut Bayar Klaim, Siapa Untung?