Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2021 mengalami surplus 5,73 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 22,03 miliar dolar AS dan impor 16,29 miliar dolar AS.
"Kalau kita lihat trennya, neraca perdagangan Indonesia telah membukukan surplus 18 bulan secara beruntun," kata Kepala BPS Margo Yuwono saat menggelar konferensi pers secara virtual, Senin (15/11/2021).
Margo menyampaikan komoditas penyumbang surplus terbesar adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Sedangkan, negara penyumbang surplus terbesar untuk Indonesia adalah Amerika Serikat, Tiongkok, dan Filipina.
Dengan AS, perdagangan RI mengalami surplus 1,7 miliar dolar AS dengan komoditas utama penyumbang surplus yaitu lemak dan minyak hewan nabati, diikuti pakaian dan aksesorinya atau rajutan.
Kemudian, perdagangan RI dengan Tiongkok juga mengalami surplus 1,3 miliar dolar AS dengan komoditas penyebab surplusnya adalah bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
Sedangkan, perdagangan Indonesia dengan Filipina mengalami surplus 685,7 juta dolar AS dengan komoditas yang berkontribusi terhadap surplus adalah bahan bakar mineral serta kendaraan dan bagiannya.
Sebaliknya, perdagangan RI mengalami defisit dengan beberapa negara, di antaranya dengan Australia defisit 595 juta dolar AS yang disebabkan oleh komoditas bahan bakar mineral, serta bijih logam perak dan abu.
Kemudian perdagangan RI dengan Thailand juga mengalami defisit sebesar 295,6 juta dolar AS. Adapun komoditas utama penyumbang defisit adalah plastik dan barang dari plastik, kemudian mesin, peralatan mekanik dan bagiannya.
Defisit perdagangan juga dialami Indonesia dengan Ukraina sebesar 216,4 juta dolar AS, di mana komoditas terbesar penyumbang defisit adalah serelia, serta besi dan baja.
Baca Juga: Data BPS: Sebagian Besar Masyarakat Sudah Mulai Aktivitas di Luar Rumah
Margo menyampaikan secara kumulatif, selama Januari-Oktober 2021 surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai 30,81 miliar dolar AS.
"Dari grafik ini bisa dilihat dari 2016 sampai 2021, yang menggembirakan adalah surplus selalu mengalami peningkatan, dan 2021 ini cukup tinggi. Harapannya akan berdampak pada pemulihan ekonomi," ujar Margo. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
Kebutuhan Asuransi Makin Penting, Allianz Life Syariah Raup 120 Ribu Nasabah
-
Stockbit Error Sejak Pagi, Publik Ancam Pindah Platform Hingga Lapor YLKI
-
HIPMI Soroti Dugaan Tekanan Kelompok Kepentingan di Industri Tekstil
-
Rupiah Loyo di Tengah Kuatnya Dolar AS, RUU Redenominasi Jadi Sorotan
-
IHSG Masih Menghijau Pagi Ini di Awal Sesi, Rawan Aksi Profit Taking
-
Ratusan Eksportir Sawit Diduga Nakal, Kibuli Negara Dengan Modus Pintar
-
Ekonom Sebut Moratorium Cukai Rokok Lebih Untung Bagi Negara Dibanding Kenaikan
-
Waduh, Kesadaran Masyarakat Indonesia Melek Keuangan Syariah, Masih Kecil!
-
Bursa Kripto Domestik Siapkan Solusi untuk Transaksi Jumbo
-
Emas Antam Lompat Tinggi Lagi, Harganya Tembus Rp 2.296.000 per Gram.