Suara.com - Meski perkembangan teknologi digital di Indonesia sangat pesat, dampaknya ke perekonomian masih rendah, kata founder dan ekonom senior CORE Hendri Saparini dalam Refleksi Ekonomi Akhir Tahun CORE, Rabu (29/12/2021).
"Peningkatan percepatan penetrasi internet tidak berpengaruh terlalu signifikan terhadap peningkatan PDB per kapita seperti misalnya di Indonesia," kata Hendri.
Dalam laporan bertajuk new World Bank country classifications by income level: 2021-2022, Bank Dunia gross national income per kapita dalam dolar AS Indonesia turun, hal ini yang menyebabkan Indonesia kembali masuk dalam negara lower middle income country dari sebelumnya upper middle income country.
"Artinya ada banyak faktor-faktor lain yang harus jadi catatan kita agar apa yang terjadi atau digitalisasi yang makin cepat ini memberi manfaat signifikan," katanya.
Hendri menganggap salah satu penyebab rendahnya penetrasi perkembangan teknologi digital ke ekonomi Indonesia ini disebabkan karena hampir sebagian besar masyarakat Indonesia lebih memanfaatkannya untuk kegiatan non produktivitas, seperti hanya bermedia sosial dan entertaiment saja.
"Artinya perlu ada perubahan mindset dan strategi kebijakan agar peningkatan penetrasi internet juga diikuti peningkatan kue ekonomi yang lebih besar di semua kelompok masyarakat sehingga pendapatan per kapita meningkat dan kesenjangan tidak bertambah," kata dia.
Dari sisi e-commerce, kata dia, tumbuh luar biasa, penggunanya termasuk yang tertinggi di dunia. Tapi baru sebatas pemanfaatan jasa, seperti perdagangan dengan digital.
"Ini baru dari sisi jasa, kita perlu dorong dari sisi produksinya. sebagian besar e-commerce, sebagian besar produknya impor karena kita tidak siap dari sisi supply-nya. Ini kita perlu ada strategi yang lebih komprehensif," kata Hendri.
Baca Juga: Tahun Depan, Ekonomi Indonesia Diprediksi Lebih Mentereng
Berita Terkait
-
Cari Laptop Baru? Model Core i5 Ini Wajib Masuk Wishlist!
-
Riset CORE Sebut Ekonomi RI Bisa Lebih Buruk di 2026, Apa Pemicunya
-
CORE Economic Outlook 2026: Resiliensi Terjaga, Akselerasi Tertahan
-
CORE: Ekonomi Indonesia 2026 Resilien, Tapi Akselerasi Tertahan
-
Dua Program Flagship Prabowo Bayangi Keseimbangan APBN 2026 dan Stabilitas Fiskal
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
LPDB Dorong Koperasi Pondok Pesantren Jadi Mitra Strategis Koperasi Desa Merah Putih
-
Minim Sentimen, IHSG Berakhir Merosot ke Level 8.618 Hari Ini
-
Rundown dan Jadwal Ujian CAT PPPK BGN 2025 18-29 Desember 2025
-
ESDM Mulai Jalankan Proyek Pipa Gas Dusem, Pasok Energi dari Jawa ke Sumatera
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Riset: Banyak Peminjam Pindar Menderita Gunakan Skema Pembayaran Tadpole
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Rupiah Terus-terusan Meloyo, Hari Ini Tembus Rp 16.700
-
Purbaya Umumkan APBN Defisit Rp 560,3 Triliun per November 2025, 2,35% dari PDB
-
BTN Catatkan Laba Bersih Rp 2,91 Triliun Hingga November 2025