Suara.com - China terus berupaya untuk mencegah perlambatan ekonomi pada tahun ini. Salah satunya, Bank Rakyat China justru dengan memangkas suku bunga pinjaman di saat bank sentral negara barat ingin melakukan normalisasi kebijakan.
Bank Rakyat China memangkas suku bunga pinjaman satu tahun sebesar 10 basis poin menjadi 3,7%, pemotongan kedua suku bunga dalam sebulan. Pemotongan Desember adalah pertama kalinya bank sentral menyentuh suku bunga pinjaman acuan sejak April 2020, ketika China berada dalam pergolakan awal wabah virus corona.
Bank sentral juga memangkas suku bunga pinjaman lima tahun sebesar lima basis poin menjadi 4,6%, penurunan pertama dari suku bunga itu sejak April 2020.
Suku bunga pinjaman utama China adalah suku bunga yang diberikan bank komersial kepada pelanggan terbaik mereka, dan ini berfungsi sebagai suku bunga acuan untuk pinjaman lainnya.
Keputusan bank sentral untuk menurunkan kedua suku bunga adalah yang terbaru dari serangkaian langkah yang telah diambil China untuk melonggarkan kebijakan moneter, karena pihak berwenang bersaing dengan kemerosotan yang semakin dalam di pasar real estat dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
PDB China meningkat 8,1% pada tahun 2021, menurut angka pemerintah yang diterbitkan awal pekan ini, tetapi kecepatannya merosot di kuartal terakhir.
Analis memperkirakan negeri tirai bambu itu bisa berupaya keras untuk pertahankan ekonomi stabil tahun ini, karena ekonomi terbesar kedua di dunia itu mencoba untuk mencegah wabah virus corona dengan kebijakan nol-Covid yang ketat, dan ketika krisis properti terus memburuk.
"Pemotongan hari ini akan segera mengalir ke pinjaman bisnis dengan suku bunga mengambang yang beredar dan juga akan mengarah pada pinjaman yang lebih murah untuk peminjam suku bunga tetap baru," tulis Sheana Yue, ekonom China untuk Capital Economics, dalam sebuah catatan seperti dikutip dari CNN Business, Jumat (21/1/2022).
"Kami mengharapkan langkah-langkah pelonggaran tambahan untuk mengikuti dalam beberapa bulan mendatang. Ada kemungkinan bank sentral dapat melakukan pemotongan lebih lanjut pada suku bunga pinjaman satu tahun."
Baca Juga: Investor Asal China Lirik Proyek Pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat di Banyuasin Sumsel
Mencegah runtuhnya sektor real estate China menjadi perhatian khusus di China. Kegentingan industri dimulai lebih dari setahun yang lalu ketika Beijing mulai menindak pinjaman berlebihan oleh pengembang.
Tetapi masalahnya meningkat secara signifikan pada musim gugur yang lalu ketika Evergrande – pengembang China yang paling berutang dengan utang sekitar USD 300 miliar.
Analis telah lama khawatir bahwa keruntuhan dapat memicu risiko yang lebih luas untuk pasar properti China, merugikan pemilik rumah dan sistem keuangan yang lebih luas.
"Meski begitu, langkah-langkah terbaru "tidak cukup untuk mendorong perekonomian. Dalam pandangan kami, hambatan nyata pada ekonomi China adalah meningkatnya biaya strategi nol-Covid China untuk menahan gelombang virus corona, memperlambat pertumbuhan ekspor dan memburuknya sektor properti," menurut analis di Nomura.
Para pembuat kebijakan juga menghadapi kendala lain, seperti sejumlah besar utang tersembunyi yang dipegang oleh pemerintah daerah, tulis para analis. Jika kredit dibiarkan berkembang terlalu banyak, hal itu dapat menyebabkan pemerintah daerah meminjam lebih banyak lagi.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
STY Sudah Peringati Kluivert, Timnas Indonesia Bisa 'Dihukum' Arab Saudi karena Ini
Terkini
-
OJK Akui Mayoritas Bank Revisi Target Jadi Lebih Konservatif, Ekonomi Belum Menentu?
-
Pertamina Berhasil Reduksi 1 Juta Ton Emisi Karbon, Disebut Sebagai Pelopor Industri Hijau
-
Pemerintah Dorong Perlindungan BPJS Ketenagakerjaan Bagi Pengusaha UMKM, Dukung UMKM Naik Kelas
-
Rp11 Miliar untuk Mimpi Anak Morosi: Sekolah Baru, Harapan Baru
-
Dulu Joao Mota Ngeluh, Ternyata Kini Agrinas Pangan Nusantara Sudah Punya Anggaran
-
Kekhawatiran Buruh Banyak PHK Jika Menkeu Purbaya Putuskan Kenaikan Cukai
-
Investor Mulai Percaya Kebijakan Menkeu Purbaya, IHSG Meroket
-
Resmi! DPR Setuju Anggaran Kemenag 2026 Naik Jadi Rp8,8 Triliun
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
Atasi Masalah Sampah di Bali, BRI Peduli Gelar Pelatihan Olah Pupuk Kompos Bermutu