Suara.com - Pejabat senior Dana Moneter Internasional (IMF) meminta negara di Asia waspada terhadap potensi inflasi yang panjang, dengan kondisi perang di Ukraina, kenaikan harga komoditas dan perlambatan industri China membuat situasi ekonomi kian tidak menentu.
Pembatasan perdagangan dan keuangan Asia dengan Rusia serta Ukraina dikhawatirkan semakin membuat sejumlah harga komoditas melambung. Hal ini juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, Anne-Marie Gulde-Wolf menambahkan, inflasi di Asia juga mulai meningkat pada saat perlambatan ekonomi China menambah tekanan pada pertumbuhan regional.
"Oleh karena itu, kawasan menghadapi prospek stagflasi, dengan pertumbuhan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, dan inflasi lebih tinggi," kata dia.
Gulde-Wolf mengatakan, hambatan ekonomi muncul saat sejumlah negara baru saja berusaha bangkit pasca COVID-19. Negara di Asia akan menghadapi trade-off (timbal balik) yang sulit dalam menanggapi perlambatan pertumbuhan dan kenaikan inflasi.
"Pengetatan moneter akan dibutuhkan di sebagian besar negara, dengan kecepatan pengetatan tergantung pada perkembangan inflasi domestik dan tekanan eksternal," katanya.
Kenaikan suku bunga kuat yang diperkirakan Federal Reserve AS juga menghadirkan tantangan bagi pembuat kebijakan Asia mengingat utang dalam mata uang dolar yang besar di kawasan itu, kata Gulde-Wolf.
Dalam perkiraan terbaru yang dikeluarkan bulan ini, IMF mengatakan mereka memperkirakan ekonomi Asia tumbuh 4,9 persen tahun ini, turun 0,5 poin persentase dari proyeksi sebelumnya yang dibuat pada Januari.
Inflasi di Asia sekarang diperkirakan mencapai 3,4 persen pada 2022, satu poin persentase lebih tinggi dari perkiraan pada Januari, katanya.
Baca Juga: Gegara Perang Rusia-Ukraina, Babi Hutan di Jerman Bernama Putin Ganti Nama
Eskalasi lebih lanjut dalam perang di Ukraina, gelombang COVID-19 baru, lintasan kenaikan suku bunga Fed yang lebih cepat dari perkiraan dan penguncian yang berkepanjangan atau lebih luas di China adalah beberapa risiko terhadap prospek pertumbuhan Asia, kata Gulde-Wolf.
"Ada ketidakpastian yang signifikan di sekitar perkiraan dasar kami," kata dia.
Berita Terkait
-
Pengamat Ungkap Dampak Negatif THR: Nilai Uang Turun dan Harga Kebutuhan Naik
-
Anthony Ginting Ingin Cari Momentum Kebangkitan di Kejuaraan Asia
-
Chico Aura Dwi Wardoyo Siap Ladeni Kento Momota di Kejuaraan Asia 2022
-
Gegara Perang Rusia-Ukraina, Babi Hutan di Jerman Bernama Putin Ganti Nama
-
Gegara Perang Rusia-Ukraina, Babi Hutan di Jerman Bernama Putin Ganti Nama
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
RDN BCA Dibobol Rp 70 Miliar, OJK Akui Ada Potensi Sistemik
-
ESDM Pastikan Revisi UU Migas Dorong Investasi Baru dan Pengelolaan Energi yang Berkelanjutan
-
Penyaluran Pupuk Subsidi Diingatkan Harus Sesuai HET, Jika Langgar Kios Kena Sanksi
-
Tak Mau Nanggung Beban, Purbaya Serahkan Utang Kereta Cepat ke Danantara
-
Modal Asing Rp 6,43 Triliun Masuk Deras ke Dalam Negeri Pada Pekan Ini, Paling Banyak ke SBN
-
Pertamina Beberkan Hasil Penggunaan AI dalam Penyaluran BBM Subsidi
-
Keluarkan Rp 176,95 Miliar, Aneka Tambang (ANTM) Ungkap Hasil Eksplorasi Tambang Emas Hingga Bauksit
-
Emiten PPRO Ubah Hunian Jadi Lifestyle Hub, Strategi Baru Genjot Pendapatan Berulang
-
Penumpang Kereta Api Tembus 369 Juta Hingga September 2025
-
Petrindo Akuisisi GDI, Siapkan Rp 10 Triliun untuk Bangun Pembangkit Listrik 680 MW di Halmahera