Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai melakukan reforma agraria untuk mengembalikan hak masyarakat atas tanah. Salah satunya dengan memberikan kepastian hukum kepada tanah milik pribadi dan ulayat melalui penerbitan sertifikat tanah.
Aktivis kepemudaan, Sahat Martin Philip Sinurat menyebut masalah agraria sudah terjadi sejak zaman penjajahan. Meski sudah ada dasar hukumnya melalui UU Pokok Agraria, tetapi implementasinya belum dirasakan oleh masyarakat.
Menurutnya hal tersebut menjadi penyebab semakin banyaknya konflik agraria di tengah masyarakat. Meski ada payung hukum yang menaungi persoalan agraria, namun pada saat itu pemerintah kerap abai terhadap aturan tersebut saat memasuki tahap implementasi.
“Justru di pemerintahan Jokowi, beliau kembali melakukan apa yang menjadi mimpi UU Pokok Agraria, mulai dari penataan aset masyarakat untuk kembali menguasai lahan yang memang merupakan haknya,” ungkap Sahat saat mengisi Seminar Nasional di Universitas Nusa Cendana dengan tema “Upaya Pemerintah Dalam Memaksimalkan Potensi Agraria.” ditulis Kamis (19/5/2022).
Sahat menyebut penertiban aset tanah masyarakat sangat penting, mengingat masih ada segelintir orang yang memiliki jutaan hektare tanah, namun di sisi lain ada jutaan rakyat yang justru tidak memiliki tanah.
“Persoalan ini bukan muncul di era Pak Jokowi, namun sudah menjadi masalah sejak puluhan tahun lalu, namun di masa Jokowi ini semua diperbaiki,” sebutnya.
Namun di sisi lain, sambungnya, upaya Jokowi dalam menyelesaikan persoalan agraria harus didukung oleh semua pihak, termasuk pemerintah daerah dan institusi yang terkait.
“Ketika ini (penyelesaian konflik agraria) menjadi visi pemerintah, yang penting adalah implementasinya, termasuk sampai ke jajaran bawah di tataran pemerintah daerah. Banyak persoalan agraria yang terjadi pada tataran teknis, misalnya ada oknum polisi, BPN atau pemerintah daerah yang menjalin kerja sama dengan pihak swasta untuk kemudian menguasai lahan yang pada akhirnya berbenturan dengan masyarakat, ujar Sahat.
Untuk itu dia meminta semua kalangan, termasuk mahasiswa agar mengawal upaya pemerintah Jokowi dalam meminimalisir konflik agraria.
Baca Juga: Korupsi Jadi Alasan Netizen Malaysia Puji Jokowi Hingga Hujat Pemerintahnya Sendiri
“Mahasiswa harus siapkan diri. Jika nanti sudah tamat kuliah, ayo masuk ke BPN, Polri atau institusi lain yang terkait agar bisa melakukan kerja yang benar agar program yang baik ini implementasinya juga baik,” tukas Sahat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok