Suara.com - Harga minyak dunia naik lebih dari 1 persen pada perdagangan Kamis, setelah persediaan minyak mentah Amerika menyusut lebih dari ekspektasi.
Harga juga didukung paket sanksi keenam Uni Eropa terhadap Rusia, yang akan mencakup larangan segera atas kontrak asuransi yang baru bagi kapal yang membawa minyak Rusia dan penghentian kontrak yang ada selama enam bulan.
Mengutip CNBC, Jumat (3/6/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melesat USD1,32, atau 1,1 persen menjadi USD117,61 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melambung USD1,61, atau 1,4 persen menjadi USD116,87 per barel.
Stok minyak mentah dan bahan bakar AS turun pekan lalu, karena permintaan terus melampaui pasokan, dengan persediaan minyak mentah komersial melorot bahkan ketika lebih banyak cadangan strategis memasuki pasar, data pemerintah menunjukkan.
Stok minyak mentah Amerika menyusut 5,1 juta barel, dibandingkan ekspektasi.
Harga minyak tergelincir di awal sesi Kamis, setelah Arab Saudi dan negara-negara OPEC Plus lainnya sepakat untuk meningkatkan produksi minyak guna mengimbangi penurunan output Rusia, untuk meredakan lonjakan harga minyak dan inflasi serta memuluskan jalan bagi kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Riyadh.
Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC Plus, setuju untuk menaikkan produksi sekitar 650.000 barel per hari dalam dua bulan ke depan, dari 432.000 barel per hari saat ini.
"Kendati OPEC Plus setuju untuk meningkatkan kuota produksi mereka sedikit lebih banyak dari ekspektasi pasar, pada kenyataannya sangat sedikit untuk menambah pasokan tambahan karena OPEC Plus sudah gagal memenuhi kuota yang ada lebih dari 2 juta barel per hari," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Baca Juga: Uni Eropa Resmi Larang Ekspor Minyak Rusia, Harga Minyak Dunia Langsung Naik
Minyak sebagian besar bergerak lebih tinggi selama beberapa pekan karena ekspor Rusia terhambat sanksi AS dan Uni Eropa terhadap Moskow atas invasi 24 Februari ke Ukraina.
Pasar juga melihat dukungan dari kebangkitan China secara bertahap dari penguncian Covid-19 yang sangat ketat.
Produksi Rusia merosot sekitar 1 juta barel per hari menyusul sanksi tersebut.
Sumber OPEC PLus yang mengetahui posisi Rusia mengatakan Moskow menyetujui produsen lain meningkatkan produksi untuk mengkompensasi output yang lebih rendah tetapi tidak harus menutupi semua kekurangan tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Program AND untuk 71 SLB, Bantuan Telkom Dalam Memperkuat Akses Digitalisasi Pendidikan
-
Dari Anak Tukang Becak, KUR BRI Bantu Slamet Bangun Usaha Gilingan hingga Bisa Beli Tanah dan Mobil
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Buat Tambahan Duit Perang, Putin Bakal Palak Pajak Buat Orang Kaya
-
Bank Mandiri Akan Salurkan Rp 55 Triliun Dana Pemerintah ke UMKM
-
Investasi Properti di Asia Pasifik Tumbuh, Negara-negara Ini Jadi Incaran
-
kumparan Green Initiative Conference 2025: Visi Ekonomi Hijau, Target Kemandirian Energi Indonesia
-
LHKPN Wali Kota Prabumulih Disorot, Tanah 1 Hektare Lebih Dihargai 40 Jutaan