Suara.com - Indonesia terbilang beruntung ketika harga sejumlah harga komoditas global meningkat, pasalnya dengan naiknya harga komoditi ditingkat internasional juga ikut mengkerek harga ekspor komoditas andalan Indonesia.
Namun sayangnya kenaikan harga komoditas ini tidak bisa dirasakan secara utuh bagi negara, karena disisi lain pemerintah juga menanggung beban anggaran dari naiknya sejumlah komoditas energi global, seperti minyak mentah.
"Tapi anggaran kami menanggung beban subsidi yang sangat besar untuk bahan bakar," kata Sri Mulyani dalam acara bertajuk "Sustainable Finance for Climate Transition Roundtable" secara virtual, Kamis (14/7/2022).
Asal tahu saja, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar di Indonesia, pemerintah masih mengandalkannya dari impor, kecuali untuk jenis Solar. Beban pemerintah untuk memberikan subsidi bahan bakar pun akan meningkat seiring dengan naiknya harga minyak dunia.
Untungnya kata Sri Mulyani pemerintah masih terus menggelontorkan tambahan anggaran untuk sektor energi melalui subsidi, sehingga ketika harga minyak global naik harga BBM di dalam negeri masih bisa ditahan.
"Bagi negara lain yang tidak memiliki kemampuan untuk subsidi, maka risikonya adalah dibebankan ke masyarakat," papar Sri Mulyani.
Tak heran kata Sri Mulyani saat ini banyak negara yang mengalami lonjakan inflasi yang cukup tinggi akibat kenaikan harga energi ini.
"Maka tak heran inflasi banyak negara melesat dan mengantarkan mereka ke jurang resesi," katanya.
Informasi saja, Badan Pusat Statistik (BPS) Amerika Serikat (AS) melaporkan laju inflasi negara tersebut pada bulan Juni mencapai 9,1 persen, inflasi merupakan yang tertinggi sejak tahun 1981 atau 41 tahun lalu.
Baca Juga: Hitung-hitungan Menkeu Sri Mulyani Soal Anggaran Subsidi Energi Tahun Depan
Indeks harga konsumen, barang dan jasa sehari-hari yang terkait dengan biaya hidup, melonjak 9,1 persen dari tahun lalu, di atas perkiraan Dow Jones 8,8 persen. Itu menandai laju inflasi tercepat sejak November 1981.
Sementara itu laju inflasi inti negeri Paman Sam meningkat 5,9 persen dibandingkan dengan perkiraan 5,7 persen. Inflasi inti memuncak pada 6,5 persen pada bulan Maret dan telah turun sejak itu.
Pada basis bulanan, IHK utama naik 1,3 persen dan IHK inti naik 0,7 persen dibandingkan dengan perkiraan masing-masing 1,1 persen dan 0,5 persen.
Laju inflasi ini dorong oleh kenaikan harga energi yang melonjak 7,5 persen pada bulan tersebut dan naik 41,6 persen selama 12 bulan. Indeks makanan meningkat 1 persen, sementara biaya tempat tinggal, yang membentuk sekitar sepertiga dari CPI naik 0,6 persen untuk bulan tersebut dan naik 5,6 persen setiap tahun.
Ini adalah bulan keenam berturut-turut bahwa makanan di rumah naik setidaknya 1 persen.
Biaya sewa naik 0,8 persen di bulan Juni, kenaikan bulanan terbesar sejak April 1986, menurut BLS.
Sebagian besar kenaikan inflasi berasal dari harga bensin, yang meningkat 11,2 persen pada bulan tersebut dan hanya sedikit dari 60 persen untuk periode 12 bulan. Biaya listrik masing-masing naik 1,7 persen dan 13,7 persen.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
-
Pengusaha Sebut Ketidakpastian Penetapan UMP Bikin Investor Asing Kabur
Terkini
-
Dukung Asta Cita, BRI Dorong Pertumbuhan Inklusif lewat Penyaluran KUR Senilai Rp147,2 Triliun
-
Impor Pertalite Capai 60 persen dari Kebutuhan 39 Juta kl per Tahun
-
Apindo Nilai Janji 19 Juta Lapangan Kerja dari Prabowo Tidak Realistis
-
CORE: Ekonomi Indonesia 2026 Resilien, Tapi Akselerasi Tertahan
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
Menkeu Purbaya Puji Bahlil: Cepat Ambil Keputusan, Saya Ikut
-
Pengusaha Kakao Lokal Minta Insentif ke Pemerintah, Suku Bunga Bisa Tembus 12%
-
7 Kontroversi Bandara Morowali: Diresmikan Jokowi, Punya 'Kedaulatan' Sendiri?
-
Pengusaha Sebut Ketidakpastian Penetapan UMP Bikin Investor Asing Kabur
-
ESDM: Tahun Depan SPBU Swasta Bisa Impor BBM Sendiri Tanpa Bantuan Pertamina