Suara.com - Harga minyak dunia kembali bergerak melemah pada perdagangan hari Selasa, membalikkan penguatan di awal sesi karena inflasi Amerika secara tak terduga kembali meningkat pada bulan Agustus.
Hal tersebut tentunya memberikan dorongan bagi Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga yang agresif lagi pekan depan.
Mengutip CNBC, Rabu (14/9/2022) minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman November, patokan internasional, ditutup turun 83 sen atau 0,9 persen menjadi USD93,17 per barel, setelah diperdagangkan antara USD95,53 dan USD91,05.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Oktober, berkurang 47 sen, atau 0,5 persen menjadi USD87,31 per barel, setelah menyentuh posisi tertinggi di USD89,31 dan terendah USD85,06.
Indeks harga konsumen (IHK) naik 0,1 persen bulan lalu setelah tidak berubah pada Juli, tutur Departemen Tenaga Kerja Amerika.
Pejabat Fed akan bertemu Selasa dan Rabu depan, dengan inflasi jauh di atas target 2 persen bank sentral AS itu.
"The Fed mungkin harus menaikkan suku lebih cepat dari ekspektasi yang dapat menyebabkan sentimen 'risk back off' pada minyak mentah dan penguatan lebih lanjut untuk dolar," kata Dennis Kissler, Vice President BOK Financial.
Minyak umumnya dibanderol dalam dolar AS, sehingga penguatan greenback membuat komoditas tersebut lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Pembatasan Covid-19 yang diperbarui di China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, juga membebani harga minyak mentah.
Baca Juga: BPH Migas Sebut Digitalisasi Penyaluran BBM Jadi Solusi Subsidi Tepat Sasaran
Jumlah perjalanan selama liburan Festival Pertengahan Musim Gugur tiga hari di China menyusut, dengan pendapatan pariwisata juga jeblok, data resmi menunjukkan, karena pembatasan terkait Covid membuat orang enggan bepergian.
Sebelumnya, dua kontrak itu melambung lebih dari USD1,50 per barel di awal sesi, didukung kekhawatiran atas persediaan yang lebih ketat.
"Prospek struktural pasar minyak tetap ketat, tetapi untuk saat ini, itu diimbangi oleh tantangan permintaan siklikal," kata Morgan Stanley.
Sementara itu Srategic Petroleum Reserve (SPR) Amerika turun 8,4 juta barel menjadi 434,1 juta barel pekan lalu, terendah sejak Oktober 1984, menurut data pemerintah, Senin.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
Terkini
-
Kemenkeu Rekrut 4.350 CPNS Setiap Tahun Hingga 2029, Total 19.500 Pegawai Baru
-
TPIA Kucurkan Rp12,53 Triliun untuk Akusisi SPBU ExxonMobil
-
Pengusaha Biro Umrah dan Haji Ramai-ramai Dipanggil KPK Hari Ini, Ada Apa?
-
CPNS Kemenkeu 2026 Tidak Dibuka untuk Sarjana Non-kedinasan: Hanya Lulusan SMA
-
Kronologi Kader PKB Sebut MBG Tidak Perlu Ahli Gizi, Cukup Lulusan SMA
-
OJK Awasi Ketat Penyalahgunaan Barang Jaminan di Bisnis Gadai
-
Prediksi Jadwal dan Formasi CPNS 2026: Formasi, Seleksi Administrasi dan Ujian
-
Promo Superindo Hari Ini: Katalog Lengkap 17-20 November 2025, Surganya Diskon!
-
Soal Isu Merger dengan GOTO, Presiden Grab: Ngapain? Pertumbuhan Kami Lagi Bagus di Indonesia!
-
Menkeu Purbaya Mau Cacah Baju Thrifting, UMKM Mau Tampung?