Suara.com - Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan akhir pekan ini berhasil memukul balik dolar Amerika Serikat. Terpantau mata uang Garuda di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate menguat 0,10 persen di level Rp15.232.
Penguatan ini juga sejalan dengan yang terjadi di pasar spot, dimana rupiah ditutup pada level Rp15.227 per dolar atau menguat 0,24 persen.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan ini tak terlepas dari indeks dolar yang melemah di awal perdagangan pada hari Jumat karena dibantu oleh intervensi Bank of England dan ekspektasi pengetatan agresif oleh Bank Sentral Eropa serta Bank Sentral Amerika.
Selsin itu para menteri energi Uni Eropa akan bertemu Jumat malam untuk membahas opsi mereka untuk menghukum Rusia lebih lanjut dengan Presiden Vladimir Putin akan mengumumkan pencaplokan empat wilayah lain di Ukraina di kemudian hari.
"Dolar AS telah diminati akhir-akhir ini, naik ke level tertinggi 20 tahun, karena pembuat kebijakan Fed menunjukkan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk mengekang inflasi pada level tertinggi dalam sejarah," kata Ibrahim.
Namun, ada sedikit celah dalam tekad itu ketika Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengulangi kekhawatiran pada hari Kamis yang dia sampaikan awal pekan ini tentang pengetatan kebijakan yang terlalu banyak dan implikasinya terhadap ekonomi AS.
Dari sisi dalam negeri, Ibrahim menjelaskan saat ini dunia berada pada ketidakpastian yang tinggi karena berbagai masalah yang menimpanya, mulai dari pandemi yang belum usai hingga perang di Ukraina yang diperkirakan akan berlangsung panjang.
"Oleh karena itu, pemangku kepentingan harus menekankan pentingnya Indonesia memiliki ketahanan yang panjang," katanya.
Terkait situasi tersebut, Presiden Jokowi pun mengingatkan kepada Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani untuk berhati-hati dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Presiden meminta agar APBN digunakan untuk hal yang produktif dan memberikan imbal hasil yang jelas.
Baca Juga: Rupiah Bangkit ke Level Rp15.262 Setelah Beberapa Hari Terpuruk
Selain itu, saat ini semua negara juga tengah menyelesaikan masalah inflasi yang menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa.
"Kepala Negara memandang bahwa inflasi Indonesia sendiri masih cukup terkendali di angka 4,6 persen yang dinilainya masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
Terkini
-
Menkeu Purbaya Yakin IHSG 9.000 Akhir 2025, 10 Tahun Lagi 32.000
-
BP Taskin Apresiasi Program CSR Harita Nickel di Pulau Obi: Dukung Kemandirian Ekonomi
-
Utang RI Tembus Rp 9.138 Triliun, Menkeu Purbaya Minta Jangan Panik
-
Permata Bank Catat Laba Rp 158,9 Triliun, Ini Faktornya
-
BBM di Jawa Timur Dikeluhkan Warga, Komisi XII DPR Siap Cek SPBU yang Mendistribusikan!
-
Buka-bukaan Purbaya Sebelum Dilantik Menkeu: Ekonomi Diperlambat Kebijakan, Semua Kena Pajak
-
Perjalanan Tanjungpinang ke Panggung Nasional, George Santos Bangun Solid Holding dari Nol
-
Harga Pi Network (PI) Meroket Usai Migrasi Mainnet
-
6 Bank Bangkrut di Indonesia, Ini Daftarnya
-
Rupiah Melemah Tipis ke Rp16.612, Dipengaruhi Sanksi AS ke Rusia dan Sentimen Utang Domestik