Suara.com - Indonesia merupakan negara megabiodiversitas yang kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk florikultura atau tanaman hias. Potensi besar tersebut harus lebih dioptimalkan demi kesejahteraan masyarakat maupun dari sisi konservasinya. Namun, dibutuhkan inovasi dan kerja sama para pihak, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, maupun kalangan ilmuwan untuk mendorong sektor usaha tanaman hias berkembang dan berkelanjutan.
Dalam webinar bertema “Keberlanjutan Keanekaragaman Hayati Indonesia dalam Usaha Tanaman Hias” yang merupakan rangkaian dari Floriculture Indonesia International (FLOII) Convex 2022 ini, Puji Lestari Ph.d selaku Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan – Badan Riset dan Inovasi Nasional, mengatakan bahwa volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia masih tertinggal jauh dari negara Asia Tenggara lainnya, bahkan hanya berkontribusi sebesar 0,08% dari total nilai perdagangan tanaman hias di pasar global.
Menurut Puji, terdapat sejumlah tantangan yang perlu dijawab demi meningkatkan perdagangan florikultura dari Tanah Air. Di antaranya adalah kompetensi SDM di sektor tanaman hias masih minim, tidak adanya vokasi di sektor ini, investasi benih serta kurangnya permodalan pengusaha, dan belum tersedianya sistem informasi yang terintegrasi antara produksi dan kebutuhan pasar.
Puji menambahkan, diperlukan inovasi dalam industri tanaman hias sehingga ke depannya para pelaku usaha dapat meningkatkan daya saing di pasar global.
Ia mencontohkan, inovasi teknologi dalam florikultura dapat menunjang produktivitas benih dan tanaman serta memunculkan varietas unggul. Hingga kini, terdapat 300 varietas yang telah dilepas yang berasal dari sejumlah spesies seperti bunga krisan dan anggrek.
“Inovasi menghasilkan nilai tambah dan pengembangan produk. Inovasi adalah komponen kunci dari modernisasi florikultura,” ujarnya.
Narasumber lainnya, Dr. M Lutfhul Hakim selaku Koordinator Pendaftaran Varietas Tanaman – Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, menuturkan bahwa pendaftaran plasma nutfah merupakan bagian dari upaya perlindungan pemerintah dalam pengelolaan keanekaragaman hayati di Tanah Air.
Berdasarkan suatu penelitian, terdapat 12.237 plasma nutfah tanaman lokal Indonesia. Namun hingga kini, baru sekitar 1.999 yang terdaftar dan 1.786 dilepas perizinannya oleh Kementerian Pertanian, atau masih terbilang rendah.
“Jangan sampai kekayaan alam yang dimiliki yang kemudian diekspor, lalu kita abai akan pendaftarannya dan di kemudian hari justru diklaim negara lain sebagai produk asli mereka,” kata Luthful.
Baca Juga: Data Ekspor Impor Menggembirakan, Kemenkeu Optimis Ekonomi Tahun Ini Cemerlang
Sementara itu, Handry Chuhairy selaku Penggemar Tanaman Hias Indonesia dan Pendiri Han Garden, memberikan sejumlah kiat yang dapat dilakukan pelaku usaha tanaman hias agar usahanya bisa menembus pasar domestik maupun ekspor.
Pertama, pengusaha harus dapat menemukan passion atau pola kesukaan akan suatu varietas tanaman hias, serta perlu memahami segmen yang akan dituju. Kedua, pelaku usaha juga mesti memantapkan posisinya dalam usaha, misalnya menjadi petani bibit, petani tanaman siap jual, ataukah menjadi distributor.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
IHSG Memerah di Perdagangan Terakhir 2025, Cek Saham-saham Ini
-
PPRE Raih Kontrak Baru di Penghujung Tahun Senilai Rp 1,2 Triliun
-
Merger BUMN Berlanjut 2026, Targetnya Karya dan Transportasi
-
OJK Lirik Pekerja Informal untuk Masuk Dana Pensiun
-
Daftar Jadwal Bank Beroperasi saat Tahun Baru 2026
-
Kekayaan Ridwan Kamil dan Atalia Praratya yang Dikabarkan Cerai
-
Merger BUMN Karya Tuntas Awal 2026, BP BUMN Ungkap Update Terkini
-
Target Harga BUMI di Tengah Aksi Jual Saham Jelang Tahun Baru
-
HET Beras Mau Dihapus
-
Dana Jaminan Reklamasi 2025 Tembus Rp35 Triliun, Syarat Wajib Sebelum Operasi!