Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh pemangku kepentingan hingga pelaku usaha untuk menatap optimis perekonomian pada tahun depan.
Jokowi bilang ditengah ancaman resesi yang akan datang pada 2023 mendatang rasa optimistis mesti digaungkan.
Dia menambahkan bahwa negara lain mungkin akan gelap kondisi ekonominya, tetapi untuk Indonesia jangan sampai seperti itu.
"Jadi kita semuanya harus tetap optimis, meskipun lembaga-lembaga internasional menyampaikan bahwa tahun ini sulit, tahun depan akan gelap, silakan negara-negara lain, negara kita harus tetap optimis," kata Jokowi dalam acara Trade Expo Indonesia Ke-37 di Tangerang, Rabu (19/10/2022).
Meski harus bersikap optimistis, Jokowi menuturkan bahwa semua pihak harus memasang sikap waspada karena ancaman resesi ini sulit diprediksi kapan akan munculnya.
"Tetapi memang harus waspada harus hati-hati Karena badainya itu sulit dihitung, sulit diprediksi, sulit dikalkulasi. Akan menyebar sampai ke mana, imbasnya ke kita seperti apa," ucap Jokowi.
Sebelumnya, Indonesia masuk dalam daftar survei Bloomberg yang terancam mengalami resesi ekonomi dengan probilitas mencapai 3 persen. Meski demikian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tetap tenang soal daftar tersebut.
"Indonesia dalam hal ini probabilitas resesi menurut survei tersebut 3 persen dibandingkan dengan negara-negara tersebut jauh lebih kecil," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita beberapa waktu lalu.
Dikatakan lebih kecil karena dalam survei tersebut terlihat negara lain seperti Sri Lankan memiliki tingkat probabilitasnya mencapai 85 persen seperti di Sri Lanka. Eropa prababilitasnya 55 persen dan Amerika Serikat 40 persen.
Baca Juga: Nilai Impor Indonesia Menurun Diduga Akibat Anjloknya Nilai Tukar Rupiah
China juga masuk dalam daftar tersebut dengan probabilitas 20 persen. Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, Australia, Taiwan, Malaysia dan Thailand juga sederet negara lainnya.
Meski Indonesia masuk dalam probabilitas, Sri Mulyani menekankan posisi Indonesia masih cukup baik. Seperti yang diramalkan dana moneter internasional (IMF), ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 5,3 persen.
"Meskipun proyeksi terlihat baik tidak boleh terlena, Indonesia harus tetap waspada," pungkasnya.
Sri Mulyani menjelaskan probabilitas resesi terjadi karena adanya volatilitas global yang meningkat sehingga menimbulkan potensi pelemahan kinerja ekonomi negara-negara di seluruh dunia.
Dalam hal ini, kenaikan harga komoditas menjadi salah satu faktor sejak Januari 2022 hingga sekarang yang menimbulkan dinamika global luar biasa.
Kenaikan harga komoditas energi seperti minyak, gas dan mineral serta pangan telah mendorong kenaikan inflasi di berbagai negara terutama negara maju yang memang tidak mengatur harga energi dan pangan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025