Suara.com - Harga minyak dunia bergerak lebih rendah pada perdagangan hari Senin, karena terbebani data yang menunjukkan permintaan dari China yang tetap lesu pada September dan penguatan dolar AS.
Di sisi lain, data aktivitas bisnis Amerika yang melemah mengurangi ekspektasi untuk kenaikan suku bunga yang lebih agresif membatasi kejatuhan harga minyak.
Mengutip CNBC, Selasa (25/10/2022), minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Desember, patokan internasional, ditutup melemah 24 sen atau 0,3 persen menjadi USD93,26 per barel, setelah melambung 2 persen minggu lalu.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate, berkurang 47 sen atau 0,6 persen menjadi USD84,58 per barel. Kedua tolok ukur tersebut tergelincir USD2 per barel di awal sesi.
Meski lebih tinggi dari Agustus, impor minyak mentah China sepanjang September tercatat 9,79 juta barel per hari, menyusut 2 persen di bawah tahun sebelumnya, enurut data bea cukai, Senin, karena penyulingan swasta membatasi throughput di tengah margin yang tipis dan permintaan yang lesu.
"Pemulihan baru-baru ini dalam impor minyak tersendat pada September," kata analis ANZ, menambahkan bahwa penyulingan swasta gagal memanfaatkan peningkatan kuota karena penguncian terkait Covid yang sedang berlangsung membebani permintaan.
Ketidakpastian seputar kebijakan nol-Covid China dan krisis properti merusak efektivitas sejumlah langkah pro-pertumbuhan, tutur analis ING, meski pertumbuhan produk domestik bruto kuartal ketiga melampaui ekspektasi.
Penguatan dolar AS yang sedang berlangsung, yang melesat lagi untuk sebagian sesi perdagangan menyusul dugaan intervensi valuta asing oleh Jepang, juga menimbulkan masalah bagi harga minyak. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pembeli non-AS.
"Penguatan dolar lebih lanjut akan membebani value WTI dengan menguji downside yang kami prediksi di level 79,50 kemungkinan pada akhir minggu ini," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melorot, WTI Anjlok ke Level USD82/Barel
Harga minyak kembali menguat setelah data menunjukkan aktivitas bisnis Amerika mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut pada Oktober, dengan perusahaan manufaktur dan jasa dalam survei bulanan terhadap purchasing managers keduanya melaporkan permintaan klien yang lebih lemah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Industri Kreatif Indonesia Miliki Potensi Besar, Jakarta IP Market 2025 Siap Digelar
-
Kemenkeu Rekrut 4.350 CPNS Setiap Tahun Hingga 2029, Total 19.500 Pegawai Baru
-
TPIA Kucurkan Rp12,53 Triliun untuk Akusisi SPBU ExxonMobil
-
Pengusaha Biro Umrah dan Haji Ramai-ramai Dipanggil KPK Hari Ini, Ada Apa?
-
CPNS Kemenkeu 2026 Tidak Dibuka untuk Sarjana Non-kedinasan: Hanya Lulusan SMA
-
Kronologi Kader PKB Sebut MBG Tidak Perlu Ahli Gizi, Cukup Lulusan SMA
-
OJK Awasi Ketat Penyalahgunaan Barang Jaminan di Bisnis Gadai
-
Prediksi Jadwal dan Formasi CPNS 2026: Formasi, Seleksi Administrasi dan Ujian
-
Promo Superindo Hari Ini: Katalog Lengkap 17-20 November 2025, Surganya Diskon!
-
Soal Isu Merger dengan GOTO, Presiden Grab: Ngapain? Pertumbuhan Kami Lagi Bagus di Indonesia!