Suara.com - Harga minyak dunia kembali naik pada perdagangan hari Rabu, ketika aset berisiko lainnya tumbang menyusul kenaikan suku bunga keempat Federal Reserve tahun ini.
Pasar didukung oleh penurunan dalam persediaan minyak Amerika karena kilang meningkatkan aktivitas menjelang permintaan minyak yang tinggi selama musim dingin.
Pasar minyak mempertahankan reli bahkan ketika saham jatuh dan dolar menguat setelah Chairman Federal Reserve Jerome Powell mengatakan terlalu dini untuk berpikir tentang menghentikan kenaikan suku bunga.
Mengutip CNBC, Kamis (3/11/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melonjak USD1,51, atau 1,6 persen menjadi USD96,16 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melambung USD1,63, atau 1,8 persen menjadi USD90 per barel. Keuntungannya menyusut setelah setelmen.
Federal Reserve menaikkan suku bunga 75 basis poin untuk menurunkan inflasi konsumen yang mencapai level tertinggi empat dekade, meski bank sentral mengisyaratkan kenaikan di masa mendatang mungkin dalam peningkatan yang lebih kecil.
Powell menyatakan terlalu dini untuk berpikir tentang mengakhiri kenaikan suku bunga. Wall Street dengan cepat mengembalikan keuntungannya, sementara pasar Treasury juga jatuh, mendongkrak imbal hasil.
Minyak bertahan kuat, mengisyaratkan kekhawatiran tentang pasokan energi global. Stok minyak mentah AS turun sekitar 3,1 juta barel pekan lalu, menurut data federal. Persediaan bensin dan produk distilasi naik hanya sedikit menjelang heating season, ketika permintaan diperkirakan meningkat.
"Pasti ada banyak fokus pada fundamental pasokan/permintaan dan inventaris yang kita lihat pada rilis (EIA) hari ini, dan tentang kapan sanksi Rusia dimulai," kata Rebecca Babin, trader CIBC Private Wealth US.
Baca Juga: The Fed Kerek Suku Bunga 75 Bps 4 Kali Berturut-turut
Embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia akan dimulai pada 5 Desember. Larangan tersebut, sebagai reaksi terhadap invasi Rusia ke Ukraina, akan diikuti dengan penghentian impor produk minyak pada Februari.
Hal ini diperkirakan membatasi kemampuan Rusia untuk mengirimkan minyak mentah dan produknya ke seluruh dunia, dan karena itu dapat memperketat pasar.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
Terkini
-
Kebiasaan Mager Bisa Jadi Beban Ekonomi
-
Jurus Korporasi Besar Jamin Keberlanjutan UMKM Lewat Pinjaman Nol Persen!
-
Purbaya Sepakat sama Jokowi Proyek Whoosh Bukan Cari Laba, Tapi Perlu Dikembangkan Lagi
-
Dorong Pembiayaan Syariah Indonesia, Eximbank dan ICD Perkuat Kerja Sama Strategis
-
Respon Bahlil Setelah Dedi Mulyadi Cabut 26 Izin Pertambangan di Bogor
-
Buruh IHT Lega, Gempuran PHK Diprediksi Bisa Diredam Lewat Kebijakan Menkeu Purbaya
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
IHSG Merosot Lagi Hari Ini, Investor Masih Tunggu Pertemuan AS-China
-
Ada Demo Ribut-ribut di Agustus, Menkeu Purbaya Pesimistis Kondisi Ekonomi Kuartal III
-
Bahlil Blak-blakan Hilirisasi Indonesia Beda dari China dan Korea, Ini Penyebabnya