Suara.com - Sekalipun dihadapkan pada situasi yang menantang pascapandemi, ternyata tidak membuat PT Rekayasa Industri (Rekind) kehilangan nyali untuk terus melahirkan karya-karya terbaiknya.
Satu di antara bukti itu, perusahaan milik negara ini tengah turut mempelopori berdirinya pabrik percontohan (pilot plant) pengolahan limbah kelapa sawit atau biasa dikenal Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dengan balutan teknologi modern di Indonesia.
Diyakini, pabrik pengolahan limbah kelapa sawit ini kelak akan melahirkan bahan baku yang di antaranya mampu menunjang produk kimia berbasis nabati dan bioethanol.
Proyek riset ini disampaikan dalam Forum 18th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2021 Price Outlook, yang digelar oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).
Rekind sebagai Anak Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) hadir untuk mendiseminasikan (memaparkan) informasi mengenai pengembangan teknologi tersebut yang saat ini dalam tahap pembangunan pabrik percontohan pengolahan limbah sawit.
“Upaya yang Rekind lakukan melalui pembangunan pilot project ini semata – mata sebagai gambaran dari semangat kami untuk bangkit dan mampu memberikan yang terbaik kepada bangsa dan negara. Langkah ini juga merupakan bagian dari dukungan kami terhadap pengembangan teknologi terbarukan ‘Merah Putih’ yang menjadi salah satu transformasi bisnis perusahaan dalam menghadapi perubahan industri global sekaligus sebagai jawaban atas tingginya daya saing industri nasional dewasa ini,” tegas Direktur Utama Rekind, Triyani Utaminingsih.
Saat ini, lanjutnya, pabrik percontohan limbah sawit dengan teknologi modern yang tengah dibangun Rekind, lokasinya berada di Cikaret, Bogor, Jawa Barat. Namun demikian, untuk mewujudkan pabrik percontohan ini, Rekind tidak bekerja sendirian, khususnya soal pengembangan teknologi modern pengolahan limbah itu.
Selain Rekind, ada tiga pihak lain yang terlibat, yakni Institut Teknologi Bandung (ITB), Balai Besar Industri Agro (BBIA) - Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Penelitian terkait limbah kelapa sawit ini awalnya dirintis oleh Rekind bersama ITB sejak tahun 2013, dengan skala laboratorium dan rampung pada 2017. Kemudian di tahun 2019-2021, Rekind dan ITB melakukan Bench Scale Research dengan fokus pada Optimasi Desain Reaktor Skala Bench, uji coba fraksionasi (proses pemisahan) dan kelayakan tekno ekonominya.
Baca Juga: Rekind dan Kaltim Parna Industri Sepakat Bangun Pabrik CO2 Cair Kapasitas 50 Ribu Ton di Bontang
Guna merealisasikan hasil riset tersebut secara konkret, Rekind dan ITB digandeng BBIA untuk pengembangan teknologi skala pilot dengan pendanaan dari BPDPKS.
Kini keempat instansi ini fokus perhatiannya bertumpu pada pengembangan teknologi fraksionasi terintegrasi, yang digadang-gadang bisa mengolah limbah sawit atau Tandan Kosong Kelapa Sawit menjadi multi-produk.
Produk yang dihasilkan di antaranya, yaitu Glukosa, Xilosa, dan Lignin (GXL) yang merupakan bahan baku untuk produksi bahan kimia dan bahan bakar berbasis bahan nabati.
Untuk Xilosa produk turunannya nantinya akan menjadi pabrik Xylitol (pemanis alami yang bermanfaat bagi kesehatan, misalnya kesehatan tulang dan gigi). Untuk Glukosa produk turunannya akan jadi pabrik Butandiol (zat yang banyak dipergunakan dalam produk kosmetika) dan Bioethanol Fuel (bahan bakar alternatif ramah lingkungan) dan Untuk Lignin nantinya akan jadi BTX Plant (BTX ialah Benzene, Toluene, dan Xylene yang merupakan bahan baku utama industri, misalnya pada industri serat sintetik dan pelembut).
“Meskipun demikian, dalam kerjasama ini disepakati hasil multi produk tersebut hanya diarahkan untuk menghasilkan produk kimia nabati dan bahan bakar berbasis bahan nabati dimana salah satu produk turunannya adalah bioethanol,” ungkap wanita yang akrab disapa Yani tersebut.
Jika pabrik percontohan ini mampu berjalan sesuai harapan yang disepakati, selanjutnya akan dibangun pabrik skala komersial dengan kapasitas 60.000 Ton Limbah Sawit basis basah per tahun.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Industri Kreatif Indonesia Miliki Potensi Besar, Jakarta IP Market 2025 Siap Digelar
-
Kemenkeu Rekrut 4.350 CPNS Setiap Tahun Hingga 2029, Total 19.500 Pegawai Baru
-
TPIA Kucurkan Rp12,53 Triliun untuk Akusisi SPBU ExxonMobil
-
Pengusaha Biro Umrah dan Haji Ramai-ramai Dipanggil KPK Hari Ini, Ada Apa?
-
CPNS Kemenkeu 2026 Tidak Dibuka untuk Sarjana Non-kedinasan: Hanya Lulusan SMA
-
Kronologi Kader PKB Sebut MBG Tidak Perlu Ahli Gizi, Cukup Lulusan SMA
-
OJK Awasi Ketat Penyalahgunaan Barang Jaminan di Bisnis Gadai
-
Prediksi Jadwal dan Formasi CPNS 2026: Formasi, Seleksi Administrasi dan Ujian
-
Promo Superindo Hari Ini: Katalog Lengkap 17-20 November 2025, Surganya Diskon!
-
Soal Isu Merger dengan GOTO, Presiden Grab: Ngapain? Pertumbuhan Kami Lagi Bagus di Indonesia!