Suara.com - Direktur Eksekutif Center for Research on Ethics Economics and Democracy (CREED) Yoseph Billie Dosiwoda mengatakan, warga Indonesia patut bersyukur dengan kerja keras Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menjaga ekonomi nasional yang terus membaik dan tidak terpengaruh dengan kondisi ekonomi global saat ini.
Pasalnya, kondisi ekonomi global akhir-akhir ini sangat berbahaya akibat dari pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya usai, serta diperparah dengan terjadinya perang Rusia-Ukraina. Saat ini, kata Yoseph Billie, banyak negara sedang menghadapi tantangan hebat, mulai dari inflasi yang tak terkendali, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), hingga potensi terjadinya krisis utang.
“Di sini kita patut untuk bersyukur dan sedikit berbangga, karena di kala ekonomi negara lain sedang dalam tekanan hebat, ekonomi kita justru tumbuh terus dari awal tahun,” Yoseph Billie.
Menurut Yoseph, ada beberapa indikator ekonomi Indonesia yang menunjukkan hal positif, seperti konsumsi menguat, ekspor meningkat, neraca perdagangan konsisten surplus, credit rating terjaga, investasi juga tumbuh. Bahkan, APBN Indonesia telah mencatatakan surplus sembilan bulan berturut-turut.
Menariknya, diproyeksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,3% dan 5,2% pada 2023 mendatang. Namun, kenaikan suku bunga yang agresif, inflasi yang cukup tinggi, dan gelombang PHK membuat Pemerintah harus waspada, terlebih Indonesia akan menjalankan Pemilu 2024, di mana biasanya dapat menimbulkan getaran dalam kehidupan sosio-ekonomi masyarakat.
“Menarik untuk terus kita amati bagaimana pemerintah akan bereaksi terhadap gejolak ketidakpastian ekonomi yang akan terjadi ke depan. Kita sebagai masyarakat harus optimis namun tetap waspada,” ujarnya.
Dikatakan Yoseph, melihat positifnya indikator ekonomi Indonesia, dirinya meyakini untuk saat ini pemerintah maupun masyarakat tidak perlu khawatir dengan ancaman krisis ekonomi tahun depan. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sudah bekerja sangat baik dan dirinya harap tren positif ini terus dijaga agar ekonomi Indonesia tetap bertumbuh, bukan sekedar survive.
“Kita memiliki pondasi kuat di ekspor dan konsumsi dalam negeri, dan pemerintah juga sedang menyusun berbagai kerangka kebijakan agar ekonomi kita dapat lebih berdikari. Terkait inflasi, meski kini tergolong cukup tinggi namun masih terhitung lebih baik daripada banyak negara lain. Inflasi Indonesia pada tahun depan diproyeksikan akan kembali ke sasaran 3 plus minus 1 persen dengan inflasi inti kembali ke bawah 4 persen pada semester I 2023,” ungkapnya.
“Di sisi lain, pemerintah juga wajib mewaspadai usainya commodity boom yang saat ini masih sangat menopang penerimaan negara. Solusi yang diajukan pemerintah nantinya juga harus memperhatikan sustainability agar ke depan ekonomi kita tetap tangguh dan tak mudah goyah oleh beragam gejolak ekonomi global,” jelasnya.
Yoseph pun mengakui kinerja Presiden Jokowi dalam bidang ekonomi sampai saat ini telah berjalan dengan cukup baik, terutama dalam hal pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
Baca Juga: 'Dicuekin' di Pernikahan Kaesang, Ternyata Begini Cara Anies Perlakukan Tamu saat Mantu
“Kami menilai ekonomi Indonesia termasuk salah satu yang bertahan dengan baik di tengah pandemi, dan tentu hal ini tidak terlepas dari kinerja Presiden Jokowi beserta timnya,” akuinya.
Yoseph pun memuji keberhasilan Presiden Jokowi menjadi tuan rumah KTT G20. Hal ini, lanjut Yoseph sebagai bukti nyata kepercayaan dunia internasional kepada Indonesia sebagai tuan rumah KTT G20 tahun ini, dan telah sukses menjadi Presidensi konferensi tingkat tinggi tersebut.
“Selama setahun memegang tampuk Presidensi G20, Indonesia sudah banyak menjalankan agenda ekonomi, membantu menangani krisis pangan, dan lebih berfokus pada dampak perubahan iklim. KTT G20 sendiri membawa banyak manfaat bagi pertumbuhan ekonomi nasional dalam rupa masuknya investasi yang senilai 125 triliun rupiah. Meskipun begitu, kita tidak boleh lengah, kita harus tetap waspada,” puji Yoseph.
Lebih jauh Yoseph mengatakan, kekompakan dan koordinasi antar instansi dan kementerian mutlak diperlukan agar segala program yang dicanangkan dapat mendorong kebangkitan perekonomian Indonesia pasca pandemi, serta menjauhkan krisis ekonomi yang mulai menjadi tema utama banyak negara di dunia.
“Jadi, koordinasi yang kuat demi terlaksananya program-program APBN menjadi kunci,” tutup Yoseph.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
Terkini
-
Aplikasi GeoRIMA: Permudah Investor Lacak Sebaran Potensi Minerba dan Gas Bumi di Indonesia!
-
Dana Pengguna Indodax Hilang, Manajemen Buka Suara
-
Harga Pangan Merosot Jelang Akhir Tahun, Ini Daftarnya
-
Purbaya Kaget Dengar Curhat TNI, Mesti Utang demi Perbaiki Infrastruktur Terdampak Bencana
-
Finex and doctorSHARE Dukung Akses Kesehatan di Wilayah Kepulauan
-
Pertamina Gelontorkan 280 Ribu BBM untuk Operasional Genset di Aceh
-
Rupiah Konsisten Menguat, Dolar AS Loyo ke Level Rp16.773
-
Industri Tembakau Tolak Kemasan Rokok Polos, Dinilai Rugikan Usaha dan Pekerja
-
BRI Peduli Salurkan Bantuan Darurat dan Layanan Kesehatan di Wilayah Aceh
-
Emiten DEWA Terdorong Proyek Emas, Segini Target Harga Sahamnya