Suara.com - Kemungkinan perlambatan ekonomi, khususnya sektor usaha bisa terjadi jika Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) memutuskan menaikkan suku bunga acuan untuk kesekian kalinya.
“Kalau dampak secara langsung dari naiknya suku bunga The Fed ya, Indonesia biasanya naikin suku bunga BI, nah suku bunga BI biasanya akan berdampak pada suku bunga pinjaman. Ini tentu nantinya akan berdampak ke masyarakat, sehingga suku bunga banking, suku bunga pinjaman akan semakin mahal, dan itu akan memperlambat sektor usaha untuk ekspansi karena pinjaman semakin mahal,” kata Direktur Eksekutif The Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad.
Tidak hanya Tauhid, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet juga memproyeksikan efek ekonomi yang melambat terhadap Indonesia jika The Fed menaikkan suku bunga acuan.
Kenaikan suku bunga The Fed, kata dia, juga berpotensi mempengaruhi Bank Indonesia (BI) untuk turut menaikkan suku bunga acuannya.
“Ada potensi BI juga akan ikut menaikkan suku bunga acuannya. Namun sekali lagi, ini dengan asumsi pelemahan nilai tukar rupiah melemah secara drastis tapi jika tidak BI akan tetap menahan suku bunga acuannya saat ini, tentu juga dengan memperhatikan tren inflasi di dalam negeri,” ujar Yusuf.
Sebelumnya, The Fed pada Rabu waktu setempat diperkirakan akan mengumumkan kenaikan suku bunga pada level 25 basis poin (bps). Hal itu membuat para investor cemas tentang wacana kebijakan tersebut.
Kebijakan fiskal tersebut menjadi salah satu pilihan solusi untuk menjawab AS yang terancam gagal bayar utang.
AS sebelumnya mencapai batas utang 31,4 triliun dolar AS atau setara dengan Rp462.113 triliun pada Januari. Departemen Keuangan AS telah menggunakan uang tunai serta "tindakan luar biasa" untuk memenuhi kewajiban sejak saat itu.
Baca Juga: Bank Sentral Korea dan Indonesia Lakukan Kerja Sama Penggunaan Mata Uang Lokal
Berita Terkait
-
Sri Mulyani Ramal Ekonomi Asean+3 Tumbuh 4,6% Tahun Ini
-
Buruh dan Masalah Upah yang Tak Berkesudahan
-
Badai PHK Industri AS, Kini General Motors Pangkas Lagi Karyawan
-
Bank Investasi AS Morgan Stanley Bakal PHK 3.000 Karyawannya
-
Bank Sentral Korea dan Indonesia Lakukan Kerja Sama Penggunaan Mata Uang Lokal
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
IHSG Berbalik Menghijau di Jumat Pagi, Namun Dibayangi Pelemahan Rupiah
-
Emas Antam Naik Tipis Rp 2.000 Jelang Akhir Pekan, Intip Deretan Harganya
-
Industri Perbankan Berduka, Bos Bank BJB Yusuf Saadudin Wafat
-
Gagal Bayar Massal, OJK Seret KoinP2P dan Akseleran ke Penegak Hukum
-
Demi Tingkatkan Harga, ESDM Buka Peluang Turunkan Produksi Batubara pada 2026
-
Daftar Pemegang Saham BUMI Terbesar, Dua Keluarga Konglomerat Masih Mendominasi
-
Tips dan Cara Memulai Investasi Reksa Dana dari Nol, Aman untuk Pemula!
-
Danantara Janji Kembalikan Layanan Premium Garuda Indonesia
-
Strategi Bibit Jaga Investor Pasar Modal Terhindar dari Investasi Bodong
-
ESDM Ungkap Alasan Sumber Listrik RI Mayoritas dari Batu Bara