Bisnis / Makro
Senin, 29 Desember 2025 | 18:03 WIB
Pekerja mengangkut beras saat bongkar muat di gudang Bulog Cabang Cirebon, Jawa Barat, Rabu (6/8/2025). [ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa]
Baca 10 detik
  • Pemerintah memprediksi stok cadangan beras 2026 akan sangat tinggi, berpotensi menyebabkan kemerosotan harga jual signifikan.
  • Rapat penetapan cadangan pangan pada 29 Desember 2025 membahas antisipasi lonjakan produksi dan kemungkinan panen raya lebih cepat.
  • Kebijakan cadangan beras dinaikkan dari 3 juta ton menjadi 4 juta ton untuk penyerapan dan stabilisasi harga pasar.

Suara.com - Pemerintah memperkirakan stok cadangan pangan beras akan meroket pada tahun 2026 mendatang. Imbasnya, dikhawatirkan harga jual beras akan mengalami kemerosotan signifikan.

Kekhawatiran tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas usai memimpin rapat penetapan cadangan pangan pemerintah tahun 2026 di Kantor Kemenko Bidang Pangan, Jakarta, Senin (29/12/2025).

Rapat tersebut secara khusus membahas kesiapan pemerintah menghadapi lonjakan produksi beras nasional pada tahun depan. Zulhas menyebut, indikasi peningkatan produksi sudah terlihat sejak awal sehingga pemerintah perlu menyiapkan strategi penyerapan secara matang.

"Hari ini khusus rapat mengenai penetapan cadangan pangan pemerintah tahun 2026. Karena apa yang pertama, sudah kelihatan bahwa produksi akan lebih tinggi tahun depan daripada tahun ini," ujar Zulhas.

Pekerja mengangkut beras saat bongkar muat di gudang Bulog Cabang Cirebon, Jawa Barat, Rabu (6/8/2025). [ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa]

Ia menjelaskan, peningkatan produksi tersebut juga dibarengi dengan potensi pergeseran waktu panen raya. Jika selama ini panen raya umumnya terjadi pada Maret hingga Mei, tahun depan panen berpeluang datang lebih cepat.

"Yang biasanya itu, biasanya itu Maret, April, Mei baru panen raya, ini mungkin Februari sudah panen raya. Jadi harus kita siap, kalau tidak nanti kan harganya bisa jatuh lagi," ucap Zulhas.

Menurut dia, tanpa kesiapan penyerapan yang memadai, produksi beras yang melimpah justru berisiko menekan harga di tingkat petani. Oleh karena itu, pemerintah menilai perlu ada langkah antisipatif sejak awal agar keseimbangan antara pasokan dan harga tetap terjaga.

Zulhas menegaskan kesiapan penyerapan menjadi faktor kunci dalam pengelolaan cadangan pangan beras. Pemerintah tidak ingin peningkatan produksi berujung pada persoalan baru berupa anjloknya harga gabah dan beras.

"Jadi harus bersiap dengan matang, penyerapannya," ucapnya.

Baca Juga: Dikeluhkan Petani, Pemerintah Langsung Pangkas Regulasi dan Turunkan HET Pupuk 20 Persen

Dalam rapat tersebut, pemerintah juga memutuskan penyesuaian kebijakan cadangan beras pemerintah. Cadangan beras yang sebelumnya ditetapkan sebesar 3 juta ton diputuskan untuk dinaikkan menjadi 4 juta ton pada 2026.

Penambahan cadangan beras ini dimaksudkan agar pemerintah memiliki ruang yang lebih besar dalam menyerap produksi beras nasional, sekaligus menjaga stabilitas harga di pasar.

Zulhas menyebut, cadangan beras tersebut nantinya akan digunakan untuk berbagai kebutuhan, termasuk stabilisasi harga melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) serta bantuan pangan.

"Agar lebih mudah, ya nanti untuk SPHP, untuk bantuan pangan dan lain sebagainya," jelasnya.

Load More