Suara.com - Arsjad Rasjid selaku Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC), menyoroti pentingnya menjaga harmonisasi regulasi standarisasi pangan sebagai usaha untuk meningkatkan ketahanan pangan demi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan wilayah ASEAN secara keseluruhan.
Data dari FAO menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari hasil produksi makanan terbuang percuma, sementara di sisi lain, terdapat kelangkaan pangan akibat perubahan iklim. Indeks Risiko Iklim pada tahun 2019 juga mengidentifikasi tiga negara ASEAN yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, yaitu Myanmar, Filipina, dan Thailand. Bahkan, ASEAN sendiri berkontribusi sebesar 8% pada total emisi global.
“Melalui Hari Keamanan Pangan Sedunia yang diperingati 7 Juni ini, ASEAN perlu untuk melakukan upaya bersama untuk meningkatkan standar keamanan pangan dan mempromosikan sistem pangan yang berkelanjutan, serta menghindari adanya ancaman perubahan iklim yang mengancam ketahanan pangan kita”, kata Arsjad dalam keterangannya dikutip Kamis (8/6/2023).
Untuk itu kata dia, ASEAN-BAC secara aktif mempromosikan inisiatif yang memperkuat ketahanan dan keamanan pangan, seperti mendorong investasi di bidang pertanian, memajukan adopsi teknologi di industri pangan, dan mendorong inovasi di seluruh rantai nilai.
"Komitmen dan tanggung jawab bersama dari pemerintah pelaku bisnis, produsen, dan konsumen menjadi kunci dalam memastikan kepatuhan terhadap standar pangan yang berkualitas.,” kata Arsjad.
Selain itu, ASEAN-BAC akan berperan dalam menyelaraskan regulasi standar pangan di ASEAN melalui kerjasama yang erat dengan negara-negara anggota. Arif Rachmat, ASEAN- BAC Food Security Policy Manager, menjelaskan bahwa kerangka kebijakan yang komprehensif akan menjadi penting dalam menangani keamanan pangan dan pengawasan kualitas pangan di seluruh rantai pasokan.
Melalui penguatan standar pangan, ASEAN-BAC berkomitmen untuk meningkatkan ketahanan pangan, mendukung pertanian berkelanjutan, dan menciptakan lingkungan yang mendukung investasi dan inovasi di sektor pangan.
"Kami merekomendasikan pendekatan Single Narrative yang melibatkan seluruh rantai pasokan pangan dari hulu ke hilir. Pendekatan ini diperlukan untuk mencapai tujuan ketahanan pangan, termasuk ketersediaan, keberlanjutan, keterjangkauan, dan stabilitas harga pangan." lanjut Arif.
Baca Juga: Wujudkan Ketahanan Pangan, SDG Beri Pelatihan Hidroponik Kepada Mak-Mak Majelis Taklim di Klaten
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
-
6 Rekomendasi HP Murah Baterai Jumbo 6.000 mAh, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
7 Fakta Bakengrind, Roti 'Bebas Gluten' yang Diduga Penipuan dan Membahayakan
-
3 Titik Lemah yang Bikin Timnas Indonesia Takluk dari Arab Saudi
Terkini
-
Menkeu Purbaya Sowan ke Pasar Modal, IHSG 'To The Moon'?
-
Bank Indonesia : Penjualan Eceran Diramal Meningkat, Ini Faktor Pendorongnya
-
Cita Rasa Lokal Bergaung ke Pentas Internasional: Nasabah PNM Melaju Bersama MotoGP 2025
-
Kinerja Keuangan Kuat, BRI Raih Penghargaan dan Apresiasi di Sektor Pasar Modal
-
Sentuh 8.187! IHSG 'Gas Pol' di Awal Perdagangan Saat Dihampiri Menkeu Purbaya
-
Genjot Penjualan, ASGR Incar Pelaku Bisnis Skala Kecil
-
Rupiah Kembali Perkasa Lawan Dolar Amerika, Sentuh Level Rp 16.563
-
Arus Modal Asing Banyak Kabur dari Indonesia, OJK: Itu Sementara
-
IHSG Berbalik Menguat, Cek Saham-saham yang Cuan Pagi Ini
-
Emas Antam Terus Melesat ke Level Tertinggi, Hari ini Harganya Rp 2.303.000 per Gram