Suara.com - Kasus kabel berantakan di Jakarta seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah. Plus minus kabel tanam bawah tanah bisa dipertimbangkan mengingat kabel yang semrawut ini telah banyak menelan korban.
Terbaru adalah mahasiswa bernama Sultan Rifat Alfatih yang mengalami kecelakaan akibat terjerat kabel fiber optik di Jakarta Selatan. Akibat kejadian ini Sultan mengalami putus tulang muda di tenggorokan sehingga merusak saluran makan dan pernapasan.
Akibatnya, Sultan hanya bisa makan menggunakan selang. Berat badannya pun turun 20 kg hanya menjadi 47 kg dalam tujuh bulan setelah kejadian.
Belum usai kasus Sultan ini, seorang pengendara motor bernama Vadim (38) dilaporkan meninggal dunia setelah menghindari kabel melintang di Jalan Brigjen Katamso, Palmerah, Jakarta Barat akhir Juli 2023 lalu. Vadim diduga menghindari kabel fiber yang ruwet sehingga mengakibatkannya terperosok di jalanan yang gelap.
Dari dua kejadian tersebut apakah pemerintah tak akan segera menata kabel tanam bawah tanah dengan mempertimbangkan plus-minusnya? Pemprov DKI Jakarta berencana menggandeng perusahaan swasta untuk membangun Sarana Jaringan Utilitas Terpadu (SJUT) di Jakarta Utara.
Dari lima wilayah kota administrasi, hanya Jakarta Utara yang belum memiliki perencanaan pembuatan jaringan kabel bawah tanah itu. Hal ini dikatakan oleh Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho. Ia mengatakan, pengerjaan SJUT oleh swasta juga sudah dilakukan di Kota Semarang, Jawa Timur.
Sejauh ini di Jakarta pengerjaan SJUT baru dikerjakan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur dikerjakan oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro), lalu Jakarta Barat dan Jakarta Pusat oleh Sarana Jaya. "Nanti saya buka nih, swasta akan melihat. kaya di semarang kan. Kalau di kita kan baru penugasan," ujar Hari awal tahun ini.
Jaringan listrik bawah tanah bisa diaplikasikan dalam pengembangan tata kota karena menawarkan keamanan bagi para warga. Dengan penanaman kabel di bawah tanah, risiko kecelakaan akibat tersangkut kabel atau konsleting bisa diminimalkan. Terlebih, instalasi kabel bawah tanah juga minim radiasi magnetik.
Keuggulan lain adalah lebih estetik karena tidak menjadi pengganggu pemandangan di lingkungan sekitar. Selain juga secara usia lebih awet karena umur kabel bawah tanah adalah dua kali kabel lipat daripada yang berada di udara.
Baca Juga: Keras! Legenda Persija dan Timnas Indonesia Kritik Polemik JIS: Mungkin Kita Perlu Ubah Namanya
Namun demikian, ada aspek-aspek yang juga perlu dipertimbangkan untuk menanam kabel di bawah tanah. Salah satunya yakni, biaya pemasangan dan perawatan yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan jaringan listrik di atas tanah. Selain itu, investasi pembangunan jaringan juga membutuhkan biaya jauh lebih tinggi.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
-
Warga Terus Berteriak Sesak Karena Polusi di Jakarta, Jokowi: Sudah Bertahun-tahun Kita Alami
-
Minta Diangkat jadi ASN, Nakes dan Tenaga Honorer Demo di Patung Kuda
-
Pemprov DKI Diduga Beli Lahan Sendiri, DPRD Minta KPK Turun Tangan
-
Napak Tilas NCT Dream di Lara Djonggrang: Rumah Makan Tradisional nan Antik
-
Keras! Legenda Persija dan Timnas Indonesia Kritik Polemik JIS: Mungkin Kita Perlu Ubah Namanya
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
-
Menkeu Purbaya Pamer Topi '8%' Sambil Lempar Bola Panas: Target Presiden, Bukan Saya!
Terkini
-
Pemerintah Dorong Investasi Lab & Rapid Test Merata untuk Ketahanan Kesehatan Nasional
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Transaksi Belanja Online Meningkat, Bisnis Logistik Ikut Kecipratan
-
Regulator Siapkan Aturan Khusus Turunan UU PDP, Jamin Konsumen Aman di Tengah Transaksi Digital
-
Kredit BJBR Naik 3,5 Persen, Laba Tembus Rp1,37 Triliun
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
MedcoEnergi Umumkan Pemberian Dividen Interim 2025 Sebesar Rp 28,3 per Saham
-
Penyeragaman Kemasan Dinilai Bisa Picu 'Perang' antara Rokok Legal dan Ilegal
-
Meroket 9,04 Persen, Laba Bersih BSI Tembus Rp 5,57 Triliun di Kuartal III-2025