Suara.com - Polusi udara Ibu Kota Jakarta kian memburuk. Hal ini menyusul telah normalnya aktivitas di DKI Jakarta imbas PPKM yang telah dibuka sepenuhnya.
Peneliti Alpha Research dan Datacenter Ferdy Hasiman mengatakan, Sumber polusi terbesar, dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar bensin dan solar yang menyumbang sebesar 57%.
"Meskipun belum dapat ditentukan proporsi dari kendaraan di jalan raya dan dari emisi off-road (misalnya: kendaraan logistik)," ujarnya yang dikutip, Senin (14/8/2023).
Menurutnya, sumber utama non-kendaraan menyumbang 17%–46% termasuk kontribusi dari sumber antropogenik seperti, pembakaran terbuka, kegiatan konstruksi (non-pembakaran) dan debu jalan, juga sumber alam seperti tanah dan garam laut.
Di Indonesia, sektor transportasi menjadi salah satu penghasil emisi terbesar. Tahun 2020 emisinya 280 juta ton CO2e. Bandingkan emisi antara kendaraan listrik dan kendaraan BBM.
"Hitungannya begini; 1 liter BBM sama dengan 1,2 kWh listrik. Emisi karbon 1 liter BBM adalah 2,4 kg Co2e. Sementara, emisi karbon 1,2 kWh listrik adalah 1,3 kg Co2e," papar Ferdy.
Ferdy menyarankan, kendaraan listrik menjadi solusi untuk mengatasi polusi di Jakarta. Trend global yang mengarah ke mobil listrik ini sangat masuk akal, karena dunia sekarang sedang gencar berkampanye soal transisi energi.
"Dengan transisi energi, kendaraan listrik akan memiliki peran penting dalam mengurangi emisi dan lebih bersih," kata dia.
Dia mengatakan, kampanye penggunaan kendaraan listrik ini sebenarnya sudah dilakukan pemerintah di negeri-negara maju, seperti Amerika Serikat, Eropa dan Cina yang mulai melakukan transisi energi.
"Negara-negara itu sudah mulai beralih dari energi tinggi karbon menuju energi bersih. Di sektor otomotif, mereka sudah mulai meninggalkan kendaraan berbasis fosil menuju kendaraan listrik yang ramah lingkungan. Sektor transportasi menjadi salah satu penghasil emisi besar, sehingga beralih ke kendaraan ramah lingkungan adalah solusi terbaik," imbu dia.
Jika menggunakan kendaraan listrik, kata Ferdy, sama dengan mengurangi hampir 50% emisi karbon. Jika kita tidak berbuat sesuatu, maka pada tahun 2060 emisinya akan mencapai 860 Juta ton CO2e per tahun. Satu-satunya cara menurunkan emisi di sektor transportasi adalah dengan mendorong peralihan kendaraan BBM ke listrik.
"Ini merupakan komitmen untuk mengubah dari yang dulunya kotor, menjadi sangat bersih," tandas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
Terkini
-
Kampanye ESG Dimulai dari Lingkungan Kantor, Telkom Gelar Tenant Day
-
SPBU Swasta Kompak Naikkan Harga Per 1 Oktober
-
PPPK Paruh Waktu Berstatus ASN? Ini Skema Gaji, Tunjangan, dan Jenjang Karir
-
Permata Bank Rombak Jajaran Direksi: Eks CIO HSBC India Jadi Amunisi Baru!
-
Harga BBM Vivo, Shell, dan BP Naik: Update Harga BBM Semua SPBU Hari Ini
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Momen Menkeu Sindir Subsidi BBM Tidak Tepat: Sudah Ada DTSEN, Kenapa Tidak Dipakai?
-
Rupiah Anjlok Rp 16.800, Menko Airlangga Akui Belum Bertemu Gubernur BI! Ada Apa?
-
Aduh, Rupiah Sakit Lagi Lawan Dolar Amerika di Awal Bulan Oktober
-
IHSG Bangkit di Rabu Pagi, Tapi Diproyeksi Melemah