Suara.com - Pertumbuhan startup teknologi bersih atau cleantech di Indonesia makin meredup. Hal ini seiringan dengan adanya hambatan pendanaan hingga iklim regulasi yang kurang mendukung. Padahal, untuk mencapai target emisi nol bersih diperlukan pengembangan cleantech startup.
President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, Roberto Rossi mengatakan, tantangan yang dihadapi cleantech startup di Indonesia ini umum dialami di hampir seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang.
"Faktor minimnya pendanaan akibat kurangnya minat investor dan regulasi/kebijakan yang belum memadai, ditambah dengan masih minimnya SDM yang mumpuni di bidang EBT menjadi faktor fundamental dan saling terkait," ujarnya yang dikutip, Selasa (22/8/2023).
Rossi menyebut, Kebijakan atau regulasi suatu negara dalam mendukung terbentuknya ekosistem cleantech startup yang kuat menjadi variable utama yang mempengaruhi iklim investasi, dan cepat lambatnya laju perkembangan industri. Dia melanjutkan sektor yang masih baru, industri energi baru dan terbarukan masih membutuhkan biaya yang cukup besar dengan tingkat risiko yang juga tinggi, sehingga dibutuhkan kebijakan pembiayaan yang fleksibel dan didukung oleh lembaga negara.
"Skema pendanaan dan subsidi dari pemerintah bagi pelaku cleantech startup dapat memberikan angin segar. Pendanaan pemerintah ini diprioritaskan bagi early-stage startup untuk riset pengembangan produk / solusinya dan membangun fondasi usahanya. Untuk menarik minat investor swasta, pemberian insentif seperti insentif pajak, dan kemudahan pinjaman kredit pemerintah dapat menjadi daya tarik," kata dia.
Dukungan kebijakan berikutnya, tutur Rossi, terkait dengan akselerasi peraturan yang berfokus pada penyederhanaan persyaratan dan prosedur perizinan usaha, akses terhadap teknologi dan rantai pasok domestik, serta kebijakan struktur tarif.
"Terakhir adalah dukungan dalam ketersediaan dan kesiapan akses pasar. Kebijakan pemerintah yang dapat membuka peluang pasar dan menggairahkan konsumen untuk mulai beralih pada solusi teknologi dan produk ramah lingkungan menjadi kunci dalam mengkomersialisasi dan menjadikan cleantech startup menarik di mata investor," imbuh dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Prabowo Kirim Surat ke Eks Menteri Termasuk Sri Mulyani, Ini Isinya...
Pilihan
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
-
Otak Pembunuhan Kacab Bank, Siapa Ken si Wiraswasta Bertato?
-
DPR 'Sentil' Menkeu Purbaya, Sebut Kebijakan Rp200 Triliun Cuma Jadi Beban Bank & Rugikan Rakyat!
-
Ivan Gunawan Blak-blakan: Dijauhi Teman Pesta Usai Hijrah dan Risih Dipanggil 'Haji'
Terkini
-
Salah Paham Produk Vape Bikin Industri Tembakau Alternatif Terancam
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Pahitnya Ekonomi RI: Lesunya Konsumsi Rumah Tangga Imbas Cari Pekerjaan Sulit
-
Alasan BI Turunkan Suku Bunga Acuan 4,75 Persen
-
Saham-saham Emiten Erick Thohir Meroket Setelah Dilantik Jadi Menpora
-
IHSG Ditutup Tembus Level 8.025 Setelah Prabowo Reshuffle Kabinet
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
-
Digeser Jadi Menpora, Daftar Gebrakan Erick Thohir Saat Jabat Menteri BUMN
-
Ribuan Triliun Kredit Nganggur di Bank, OJK Bilang Bagus
-
Didik Kritik Penempatan Dana Rp200 T di Bank Himbara, Menkeu Purbaya: Dia Harus Belajar Lagi Ya!