Suara.com - Startup Love Remit produk financial technology dari PT Madame Express Remitindo berkerja sama dengan Lightnet, lembaga pembayaran besar berlisensi Singapura, yang membuat layanan pengiriman uang ke luar negeri semakin murah dan seketika (realtime).
“Pengiriman uang ke luar negeri telah menjadi kebutuhan yang terus meningkat. Baik untuk keperluan pribadi maupun bisnis. Karenanya, kami terus berupaya untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi mereka yang ingin melakukan pengiriman uang ke luar negeri,” kata Direktur Utama Love Remit, Rayizam Mansyur dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Mansyur menjelaskan, pertumbuhan performa Love Remit dengan adanya koneksi ke Lightnet memberikan dampak yang positif, seperti peningkatan performa pada periode Oktober 2023. Pertumbuhan tersebut mencapai lebih dari 300 persen secara nominal dan mencapai lebih dari 70 persen secara transaksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya (YoY).
“Pertumbuhan ini sejalan dengan target dari Love Remit Indonesia yang ingin menciptakan layanan pengiriman dana internasional yang terpercaya di pasar dengan koneksi global melalui Lightnet,” kata Mansyur.
Love Remit adalah jasa layanan pengiriman uang yang mengedepankan keamanan dan kemudahan nasabah. Love Remit juga telah mendapatkan izin dan pengawasan langsung dari Bank Indonesia dengan nomor lisensi 19/207/DKSP/73.
Sementara itu, menurut Mansyur, Lightnet merupakan grup financial technology (fintech) yang berbasis di Singapura. Produk andalannya yaitu Liquidnet yang memberikan solusi infrastruktur cross-border payment untuk operator pengiriman uang, bank hingga korporasi.
Kerja sama Love Remit dan Lightnet resmi terjalin sejak 2022 dan telah mendapatkan persetujuan kerja sama dari Bank Indonesia pada kuartal II 2023.
“Mengapa kita menggandeng Lightnet? Karena kunci penting dalam proses pengiriman uang ke luar negeri adalah kecepatan dan kredibilitas dalam bertransaksi. Karena kebutuhan dan keperluan dana lintas global yang cepat dan terpercaya,” ungkap Mansyur.
Dengan kerja sama ini, lanjut dia, maka konsumen akan mendapatkan beberapa keuntungan dalam pengiriman uang ke luar negeri. Pertama, real-time processing settlement.
Baca Juga: Perkuat Bisnis, PLN Group Gandeng 4 Startup
Kemudian, multicurrency yang terkoneksi ke lebih dari 80 negara di seluruh dunia dan biaya yang terjangkau dan transparan (menghilangkan biaya yang tidak diperlukan). Selanjutnya, terkoneksi global ke berbagai channel, seperti rekening bank, e-wallet, pembayaran menggunakan QR, dan sebagainya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Tahun 2025, Update Terbaru OJK Desember
-
Daftar Bank yang Tutup dan 'Bangkrut' Selama Tahun 2025
-
Pemerintah Kucurkan Bantuan Bencana Sumatra: Korban Banjir Terima Rp8 Juta hingga Hunian Sementara
-
Apa Itu MADAS? Ormas Madura Viral Pasca Kasus Usir Lansia di Surabaya
-
Investasi Semakin Mudah, BRI Hadirkan Fitur Reksa Dana di Super Apps BRImo
-
IPO SUPA Sukses Besar, Grup Emtek Mau Apa Lagi?
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
BUMN Infrastruktur Targetkan Bangun 15 Ribu Huntara untuk Pemulihan Sumatra
-
Menpar Akui Wisatawan Domestik ke Bali Turun saat Nataru 2025, Ini Penyebabnya
-
Pemerintah Klaim Upah di Kawasan Industri Sudah di Atas UMP, Dorong Skema Berbasis Produktivitas