Suara.com - Perusahaan induk TikTok, Bytedance, akan perlahan menarik diri dari bisnis video games.. Salah satunya, dengan menutup unit bisnis Nuverse yang akan dilakukan pada bulan Desember 2023.
Dengan ditutupnya unit bisnis tersebut, maka Bytedance juga akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawan Nuverse yang berjumlah ratusan orang.
Seperti dilansir dari CNN Business, kabar ditutupnya unit bisnis ini diumumkan secara internal pada Senin kemaren. Meski ditutup, Nuverse tetap menjalankan operasionalnya dengan fokus inisiatif eksplorasi.
Menurut kabar itu, ditutupnya unit bisnis ini agar Bytedance fokus menjalankan bisnis intinya yaitu media sosial.
Tutupnya unit bisnis ini otomatis pengembangan games yang belum dirilis juga akan berhenti. Akan tetapi, perusahaan tetap menjual games yang sudah selesai dikembangkan seperti 'Crystal of Atlan' dan 'Earth: Revival' yang rencananya dirilis tahun depan.
Sementara itu, Juru Bicara ByteDance tak menampik perusahaan memang tengah mengambil keputusan untuk merestrukturisasi bisnis gamenya usai peninjauan baru-baru ini.
"Kami secara teratur meninjau bisnis kami dan melakukan penyesuaian untuk fokus pada area pertumbuhan strategis jangka panjang," ujar juru bicara itu yang dikutip, Rabu (29/11/2023).
Adapun, ByteDance telah terjun di bisnis video games sejak tahun 2019. Sayangnya, induk TikTok ini justru gagal bersaing dengan industri game di China lainnya seperti Tencent dan NetEase,
CEO Niko Partners, Lisa Hanson menilai, ByteDance telah mengucurkan dana yang besar untuk investasi di industri games.
Baca Juga: TikTok Shop Comeback Lewat Tokopedia, Menteri Teten Beri Restu
"Dalam kasus ByteDance, perusahaan tersebut telah berinvestasi banyak dalam bisnis game tetapi tidak meraih kesuksesan besar," kata dia.
Kemudian, Hanson menyebut, upaya ByteDance mundur di bisnis ini, karena untuk mengurangi kerugiannya. Setidaknya, Nuverse menyumbangkan 1 persen dari total pendapatan, sehinggan tampaknya tidak berdampak besar pada bisnis ByteDance.
Analis Riset Asosiasi di S&P Global Market Intelligence, Neil Barbour menambahkan, memang industri game ikut menghadapai tantangan. Salah satunya, imbas dari pendapatan game seluler yang menurun, tetapi di sisi lain biaya akuisisi pengguna meningkat.
"Jadi, beberapa penerbit memanfaatkan momen ini untuk menilai kembali pertaruhan besar yang ditempatkan pada industri ini dan menyimpulkan bahwa hasil yang menguntungkan mungkin membutuhkan waktu lebih lama dari yang diharapkan atau sama sekali di luar jangkauan," pungkas Barbour.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen untuk Hilangkan Kerutan, Murah Meriah Mudah Ditemukan
- 6 Hybrid Sunscreen untuk Mengatasi Flek Hitam di Usia Matang 40 Tahun
- Patrick Kluivert Dipecat, 4 Pelatih Cocok Jadi Pengganti Jika Itu Terjadi
Pilihan
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
-
Bikin Geger! Gunung Lawu Dilelang jadi Proyek Geothermal, ESDM: Sudah Kami Keluarkan!
-
Uang MBG Rp100 T Belum Cair, Tapi Sudah Dibalikin!, Menkeu Purbaya Bingung
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Kamera Terbaik Oktober 2025
-
Keuangan Mees Hilgers Boncos Akibat Absen di FC Twente dan Timnas Indonesia
Terkini
-
Jangan Kaget! Harga Emas Antam Tembus Rp 2.383.000 per Gram Hari Ini
-
Atasi ketimpangan, Startup Dilibatkan untuk Ciptakan Solusi Permanen Bagi Kemiskinan Pesisir
-
RI Siap Jadi Raksasa Tambang Cerdas, Penggunaan AI Dongkrak Efisiensi Hingga 20 Persen
-
OJK Pantau Ketat Gagal Bayar Akseleran dan Crowde
-
IHSG Dibuka Menguat, Tapi Rawan Koreksi Dipengaruhi Perang Dagang
-
Bank Himbara Baru Serap Rp 112,4 Triliun untuk Dana dari Menkeu Purbaya
-
Belum Ada Opsi, Bos Danantara Bingung Utang Kereta Cepat Jadi Polemik
-
Deretan Diskon BBM Pertamina Selama Oktober
-
Mandatori E10 Ditargetkan Berlaku 2028, Kementerian ESDM Khawatir Dampak Etanol ke Mesin Kendaraan!
-
Profil Andry Rajoelina: Presiden Madagaskar yang Kabur Imbas Demo Massal Gen-Z