Suara.com - Situasi nilai tukar rupiah masih dalam kondisi melemah hingga tembus level Rp 16 ribu per dolar AS. Rupiah terpuruk terhadap dolar AS akibat ketegangan di Timur Tengah antara Iran dan Israel yang kian hari makin memanas.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai penguatan nilai tukar dolar akibat situasi global tak hanya memberi kerugian, tapi juga ada keuntungan di dalamnya terhadap perekonomian Indonesia.
Hal tersebut ia sampaikan saat wawancara dengan Bloomberg TV di tengah agenda Springs Meetings of World Bank and The IMF 2024 di Washington DC, Amerika Serikat.
"Saya sampaikan bahwa situasi global yang berkembang saat ini pasti akan berdampak pada perekonomian Indonesia," ujar Sri Mulyani dalam unggahan di akun Instagram pribadinya.
Menurut Sri Mulyani, di sisi ekspor, penguatan nilai tukar dolar akan mendorong penerimaan negara. Namun, kerugian terjadi di sisi impor dimana konversi harga dolar terhadap rupiah akan lebih tinggi dan dapat berdampak pada inflasi di Indonesia.
Ia menegaskan bahwa pemerintah akan terus antisipatif dan waspada terhadap perkembangan situasi global dan yakin Indonesia akan tetap tangguh dalam situasi ini.
“Stabilitas ekonomi makro akan senantiasa dijaga, baik dari sisi moneter maupun fiskal. Koordinasi dengan Bank Indonesia terus dilakukan untuk beradaptasi dengan tekanan yang ada. Dalam sektor fiskal, APBN berperan menjadi shock absorber yang efektif dan kredibel,” terangnya.
Sebagai penutup sesi wawancara, Sri Mulyani turut ditanya apakah Indonesia dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi di level 5%, ia menjawab bahwa Indonesia masih optimistis dan percaya diri memiliki resiliensi ekonomi yang baik, seperti saat melalui krisis pandemi lalu.
“Di tengah kondisi suku bunga dan inflasi global yang tinggi seperti saat ini, saya yakin ekonomi Indonesia akan tetap terjaga sesuai target, didukung oleh sisi ekspor yang kuat dan neraca perdagangan yang surplus,” tutupnya.
Baca Juga: Rupiah Mereda Menguat Dikit Atas Dolar Jelang Pengumuman Sengketa Pilpres
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Fakta-fakta Demo Timor Leste: Tekanan Ekonomi, Terinspirasi Gerakan Warga Indonesia?
-
Alasan Eks Menteri Sebut DJP 'Berburu Pajak di Kebun Binatang': Masalah Administrasi Serius
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri
-
Spesifikasi E6900H dan Wheel Loader L980HEV SDLG Indonesia
-
Kartu Debit Jago Syariah Kian Populer di Luar Negeri, Transaksi Terus Tumbuh
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Bahlil 'Sentil' Pertamina: Pelayanan dan Kualitas BBM Harus Di-upgrade, Jangan Kalah dari Swasta!
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina