Suara.com - Sebagai negara kepulauan atau archipelago terbesar di dunia, Republik Indonesia memiliki luas lautan dua pertiga dari luas daratan. Sumber daya laut mulai perikanan, kekuatan maritim, sampai pengolahan air laut serta angin bisa dimanfaatkan bagi kemakmuran rakyat, utamanya sektor ekonomi.
Dikutip dari kantor berita Antara, Indonesia membutuhkan sedikitnya 20 tahun lagi untuk menjadi poros maritim dunia.
Dengan catatan bila dari presiden ke presiden memiliki visi dan misi yang sama. Dilihat dari kekayaan kelautan dan perikanan yang dimiliki Indonesia.
Wacana ini dipaparkan Guru besar bidang manajemen sumberdaya perairan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku, sekaligus Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Prof Alex Retraubun.
Ia menyatakan bahwa kebijakan berkelanjutan adalah cara untuk mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi negara maritim yang kuat.
"Harus on terus dari presiden ke presiden, dan selama itu juga pastikan bahwa sumberdaya perikanan kita tidak bocor," papar Prof Alex Retraubun.
Dalam periode pertama kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memiliki tiga program unggulan, yaitu:
- Pemberantasan IUU Fishing
- Pengelolaan sumberdaya ikan dan laut yang berkelanjutan
- Peningkatan kesejahteraan pemangku kepentingan KKP.
Selama periode itu, juga gencar diberikan bantuan kepada nelayan dengan pencapaian Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) Perikanan mengalami peningkatan di atas rata-rata pertumbuhan PDB Nasional.
Di pengujung jabatan Presiden RI Joko Widodo, Indonesia melalui KKP mempromosikan lima kebijakan pokok terkait ekonomi biru dalam KTT AIS Forum 2023. Yaitu meliputi:
Baca Juga: Dukung Pertumbuhan Ekonomi, Ini Rencana Bertahap Perluasan Bandara Kotim
- Perluasan kawasan konservasi agar bisa menangkap lebih banyak karbon
- Penangkapan ikan secara terukur
- Pengembangan perikanan budidaya yang berkelanjutan
- Pengawasan terhadap pulau-pulau kecil dan pesisir
- Pembersihan sampah plastik di laut dengan mengikutsertakan partisipasi nelayan.
Untuk menjadi negara maritim yang kuat butuh proses. Apa yang diimpikan Presiden Joko Widodo bagus untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia," ungkap Prof Alex Retraubun.
Ia menilai cita-cita Presiden Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia belum sepenuhnya terwujud hingga saat ini.
"Jadi memang dari presiden ke presiden harus konsisten memperjuangkan hal yang sama tentang mengeluarkan kebijakan untuk jadi poros maritim dunia," tandas Prof Alex Retraubun
"Karena ide ini sangat bagus, jangan sampai presiden baru meniadakan ide ini," demikian harapannya.
Berita Terkait
-
Pasar Kosmetik Indonesia Tembus Rp 34,6 Triliun di Tahun 2025
-
Green Jobs Sedang Naik Daun, Tapi Anak Muda Daerah Masih Kesulitan Akses Informasi
-
Lawan Greenwashing, Indonesia Teken Aturan Main Kredit Alam Bersama Prancis dan Inggris
-
Peruri dan BPS Mulai Integrasikan Keamanan Digital untuk Data Statistik Nasional
-
Digitalisasi Ciptakan 4,6 Juta Peluang Ekonomi Baru
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Bunga Acuan Sudah Turun 5 Kali, BI Minta Perbankan Cepat Turunkan Bunga
-
7 Ide Usaha Modal 1 Juta, Anti Gagal dan Auto Cuan
-
Cara Daftar WiFi Internet Rakyat, Surge Buka Akses Biaya Rp100 Ribu per Bulan
-
Operasikan 108 Kapal, PIS Angkut Energi 127,35 juta KL Sepanjang Tahun 2025
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Kilang Minyak Indonesia Tetap Relevan di Tengah Pergeseran ke EBT
-
Blockchain Dianggap Mampu Merevolusi Pengelolaan Data Nasional, Benarkah?
-
Dukung Kemajuan Industri Sawit, BRI Fasilitasi Sindikasi Pembiayaan Rp5,2 Triliun bagi PT SSMS
-
Perlukah BBM Bobibos Lakukan Pengujian Sebelum Dijual, Begini Kata Pakar
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi