Suara.com - Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM), Teten Masduki, mengungkap ada aplikasi baru dari China yang bisa mengancam jualan UMKM di Indonesia. Nama aplikasi tersebut adalah Temu.
“Kementerian Koperasi itu mengkhawatirkan masuknya platform Global Cross Border yang direct, jadi kalau ini masuk ke Indonesia akan punya dampak besar kepada pelaku UMKM, namanya Temu dari China,” ujarnya di Gedung DPR RI, Jakarta, ditulis Rabu (12/6/2024).
Teten mengatakan aplikasi ini lebih ‘berbahaya’ daripada TikTok Shop yang dahulu juga sempat merusak pasar di Indonesia beberapa tahun yang lalu.
Hal ini karena Temu dapat menghubungkan langsung produk-produk dari pabrik kepada konsumen sehingga mengakibatkan tidak perlu lagi reseller, affiliator, dan pihak ketiga untuk terlibat dalam rantai pasok produk tersebut.
Dilansir dari temuapp.org, Temu merupakan platform e-commerce asal China yang menghubungkan pelanggan dengan pembuat produk secara langsung. Aplikasi yang rilis pada September 2022 ini bertindak sebagai pasar tempat konsumen mencari dan membeli produk dari berbagai vendor.
Berdasarkan laporan Statista, aplikasi Temu telah diunduh 30 juta kali dalam sebulan ketika perilisannya. Hal itu menjadikan Temu sebagai aplikasi belanja nomor satu di Apple App Store dan Google Play Store pada masa tersebut.
Platform e-commerce ini bermarkas di Boston, Amerika Serikat dan menjadi salah satu aplikasi buatan PDD Holding. PDD sendiri turut mengoperasikan aplikasi e-commerce lain bernama Pinduoduo yang beroperasi di China.
Temu menawarkan berbagai macam produk mencakup beberapa kategori yakni elektronik, peralatan rumah tangga, pakaian dan aksesoris, kesehatan dan kecantikan, rumah dan taman, serta mainan dan hobi.
Hal unik yang membedakan Temu dengan platform lain ialah produk-produk yang dijual di Temu memiliki harga yang sangat murah.
Baca Juga: UMKM Kabupaten Bantul Perluas Produk Lewat Pameran, Mulai Insidentil sampai Kelas Internasional
Selain karena banyaknya diskon, harga barang di Temu bisa sangat murah karena memotong perantara sehingga produsen bisa menjual produk langsung ke konsumen.
Saat ini, Temu sudah masuk ke 58 negara dan terhubung langsung dengan setidaknya 80 pabrik di China yang siap melayani konsumen dari berbagai negara.
Namun, di balik gemerlap yang dijanjikannya, aplikasi ini ternyata menuai reputasi buruk dari konsumen penggunanya.
Melansir dari Time, Temu pada tahun pertama perilisan telah menerima lebih dari 30 keluhan ke Better Business Bureau (BBB) di Amerika Serikat dengan rating pelanggan kurang dari 1,5 bintang.
Rata-rata konsumen mengeluh karena masalah paket yang sampai lama bahkan tidak terkirim, adanya biaya misterius, pesanan yang salah, dan layanan pelanggan yang tidak responsif. Selain itu, karena harga yang sangat murah, sejumlah konsumen mengaku menerima produk dengan kualitas seadanya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Catatan Krisis Demokrasi Negeri Konoha di Meja Kantin
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
Terkini
-
Kamus Istilah Pegadaian Terlengkap, Mulai dari Marhun hingga Surat Bukti Gadai
-
Industri Pindar Tumbuh 22,16 Persen, Tapi Hadapi Tantangan Berat
-
Perilaku Konsumen RI Berubah, Kini Maunya Serba Digital
-
Bagaimana Digitalisasi Mengubah Layanan Pertamina
-
Memahami Pergerakan Harga Bitcoin, Analisis Teknikal Sudah Cukup?
-
BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
-
BCA Kembali Menjadi Juara Umum Annual Report Award, Diikuti BCA Syariah pada Klaster Rp1 Triliun
-
ESDM: Rusia-Kanada Mau Bantu RI Bangun Pembakit Listrik Tenaga Nuklir
-
Bos Lippo Ungkap 5 Modal Indonesia Hadapi Ketidakpastian Global 2026
-
Purbaya Larang Bea Cukai Sumbangkan Pakaian Bekas Hasil Sitaan ke Korban Banjir Sumatra