Suara.com - Industri tekstil Indonesia tengah dilanda gelombang penutupan pabrik yang mengkhawatirkan. Sejak awal tahun 2024, tercatat 30 pabrik tekstil telah gulung tikar, mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi lebih dari 10.800 pekerja.
Situasi ini memicu kekhawatiran di kalangan buruh dan pengusaha, sekaligus menjadi pertanyaan besar tentang masa depan industri tekstil nasional.
Di tengah isu ini datang kabar yang mengejutkan bahwa raksasa garmen asal China berencana untuk membangun pabriknya di Indonesia.
Hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam sebuah acara pekan lalu.
Luhut bilang calon perusahaan tekstil itu sudah datang beberapa kali untuk menemui dirinya.
"Kemarin menarik tekstil Tiongkok mau investasi di Indonesia. Mereka datang lagi ke rumah saya, mereka mau buka industri," ungkap Luhut.
Luhut pun mengaku senang jika niatan perusahaan tekstil ini benar-benar menamkan duitnya di Tanah Air. Pasalnya, serapan tenaga kerja yang diserap bisa mencapai 90 ribu orang.
"Pegawainya yang saya senang 90 ribu orang itu dikasih asrama," bebernya.
Luhut pun lantas memberikan rekomendasi tempat atau lokasi pabrik tersebut bisa dibangun di Indonesia. Salah satu tempat yang dia rekomendasikan adalah di Kertajati.
Baca Juga: Sinopsis Enslaved by Love, Kisah Love Hate Relationship
"Kertajati area dekat (pabrik mobil listrik) BYD dibangun," sebutnya.
Asal tahu saja saat ini pengusaha tekstil lokal sedang berdarah-darah karena kondisi bisnis yang tidak begitu menggembirakan. Banyak dari mereka harus gulung tikar dan menutup fasilitas pabriknya.
Berdasarkan data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), terdapat beberapa faktor utama yang menjadi biang kerok penutupan pabrik tekstil:
- Penurunan Permintaan Global: Permintaan tekstil global yang lesu akibat resesi di beberapa negara berdampak langsung pada ekspor produk tekstil Indonesia.
- Harga Bahan Baku Melonjak: Harga bahan baku tekstil, seperti kapas dan benang, mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini membebani biaya produksi dan menekan keuntungan pengusaha.
- Persaingan Ketat: Persaingan ketat di pasar global, terutama dari negara-negara seperti Vietnam dan Bangladesh, membuat produk tekstil Indonesia semakin sulit bersaing dalam hal harga dan kualitas.
- Kebijakan Pemerintah: Beberapa kebijakan pemerintah, seperti Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8 Tahun 2024 tentang Tata Cara Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil, dinilai kurang berpihak pada pengusaha tekstil dan justru menambah beban mereka.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Rumahnya Dijadikan Tempat Kebaktian, Apa Agama Krisna Mukti?
- Tak Cuma di Indonesia, Ijazah Gibran Jadi 'Gunjingan' Diaspora di Sydney: Banyak yang Membicarakan
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Inalum Akan Ambil Alih Tambang Bauksit Antam
-
Indonesia Pasar Kripto Terbesar Kedua di Asia Pasifik
-
Antrean Haji Semakin Panjang, Perencanaan Keuangan Sejak Belia Kian Penting
-
BRI Resmikan Regional Treasury Team Medan untuk Perkuat Layanan Keuangan di Sumatera
-
Mengenal Cropty Wallet, Dompet Kripto bagi Pemula yang Antiribet dan Hadirkan Berbagai Keunggulan
-
Penambangan Tanpa Izin Jadi Ancaman, Kopsindo Dukung Pemerintah untuk Lakukan Penertiban
-
Rupiah Ditutup Menguat Senin Sore, Ini Pemicunya
-
Adrian Gunadi Telah Ditangkap, Daftar Tersangka Kasus di Sektor Keuangan yang Masih Buron
-
Antam Impor 30 Ton Emas dari Singapura dan Australia
-
Begini Strategi Investasi Kripto Akhir Tahun, Jangan Hanya Andalkan Momen