Suara.com - Data Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat mencatat level indeks sebesar 315,493 untuk November 2024, meningkat 2,7% dari sebelumnya 2,6% pada bulan Oktober.
Angka ini mencerminkan kenaikan harga barang dan jasa yang biasa dikonsumsi masyarakat. Kenaikan ini juga menjadi salah satu aspek potensial pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve dalam pertemuan FOMC mendatang.
Selain itu, dampak positif dari data tersebut mulai terlihat di pasar aset kripto. Bitcoin (BTC), yang sebelumnya sempat berfluktuasi, kembali menunjukkan pemulihan signifikan.
Saat berita ini ditulis pada 12 September 2024, harga Bitcoin berada di sekitar US$100,000, naik sekitar 2,6% dalam 24 jam terakhir. Altcoin teratas seperti Ethereum mencatatkan lonjakan harga 7,2% dalam 24 jam, XRP 4,7%, dan Solana 5,2%.
Kenaikan harga Bitcoin juga diiringi oleh Fear and Greed Index pasar kripto yang berada di angka 76 dari 100, menunjukkan dominasi sentimen “greed” atau optimisme yang kuat.
Jika tren ini berlanjut, tidak menutup kemungkinan bahwa Bitcoin akan menembus level psikologis di atas US$104.000, melampaui rekor tertingginya yang tercatat minggu lalu.
Perkembangan ini menunjukkan bagaimana dinamika makroekonomi global memiliki pengaruh besar terhadap pasar kripto.
Dengan prospek pemotongan suku bunga dan momentum positif di pasar, Bitcoin dan aset kripto lainnya memiliki peluang besar untuk melanjutkan tren kenaikan dalam beberapa minggu ke depan.
CEO Indodax Oscar Darmawan, mengomentari dampak data inflasi ini terhadap pasar kripto.
Baca Juga: Transaksi Kripto di Indonesia Meledak 352 Persen
“Data CPI yang sesuai ekspektasi telah memberikan angin segar bagi pasar, tidak terkecuali aset kripto. Selain itu optimisme terhadap kebijakan suku bunga yang lebih longgar dari Federal Reserve dapat menjadi katalis positif bagi pergerakan Bitcoin dan aset kripto lainnya ke depan,” ujar Oscar ditulis Sabtu (14/12/2024).
Menurut Oscar, kenaikan harga Bitcoin baru-baru ini juga mencerminkan minat institusional yang meningkat.
“Investor institusional mulai memahami peran Bitcoin dalam portofolio mereka, menunjukkan pergeseran perspektif terhadap pasar keuangan tradisional,” ujarnya.
Oscar juga menekankan pentingnya pemahaman masyarakat terhadap kripto.
“Ketika semakin banyak orang memahami manfaat Bitcoin dan teknologi blockchain, tingkat adopsi akan tumbuh secara alami,” jelasnya.
Ia juga mencatat bahwa pemotongan suku bunga oleh The Fed dapat mendukung tren kenaikan aset berisiko seperti Bitcoin.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar
-
Bahlil akan Pangkas Produksi Nikel, Harga di Dunia Langsung Naik