Suara.com - Negara tetangga, Vietnam mengambil langkah berani dalam upaya reformasi birokrasi dengan rencana pengurangan signifikan jumlah kementerian dan lembaga negara.
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemerintahan, mengurangi birokrasi, dan mengalokasikan dana lebih banyak untuk proyek pembangunan. Sementara itu, Indonesia masih mempertahankan struktur pemerintahan yang lebih besar.
To Lam, pemimpin Partai Komunis Vietnam (VCP) yang menginisiasi reformasi ini, dikutip via Bloomberg, menyatakan bahwa tujuannya adalah membentuk pemerintah Vietnam yang "ramping, kompak, kuat, efisien, efektif, dan berdampak". Rencana ini mencakup pengurangan 15-20% unit kementerian dan lembaga negara, serta pengurangan jumlah pegawai negeri.
Beberapa langkah konkret dalam reformasi ini meliputi:
1. Penggabungan kementerian utama:
- Kementerian Keuangan dengan Kementerian Perencanaan dan Investasi
- Kementerian Transportasi dengan Kementerian Konstruksi
- Kementerian Tenaga Kerja, Penyandang Disabilitas, dan Sosial dengan Kementerian Dalam Negeri
2. Restrukturisasi lembaga partai dan pemerintah:
- Penggabungan Komisi Pusat Urusan Luar Negeri dan Komite Hubungan Luar Negeri Majelis Nasional ke dalam Kementerian Luar Negeri
3. Pembubaran dan penggabungan lembaga media milik negara
Nguyen Dinh Cung, mantan direktur Institut Pusat Manajemen Ekonomi Vietnam, menyatakan bahwa reformasi ini akan "meningkatkan efisiensi ekonomi secara signifikan" dan menyelesaikan sebagian tumpang tindih kelembagaan.
Langkah ini dinilai cukup berani. Terlebih lagi, Vietnam memilih untuk menurunkan pajak dari 10% menjadi 8% demi menggenjot ekonomi negara, terutama penopang ekonomi masyarakat. Ketika Vietnam bergerak agresif mengurangi birokrasi dan berupaya meningkatkan ekonomi rakyat mereka, Indonesia masih mempertahankan struktur pemerintahan yang lebih besar dan justru menaikkan pajak jadi 12% yang dinilai semakin memberatkan masyarakat.
Baca Juga: Pengusaha Sebut Investasi Industri Petrokimia Masih Terganjal Regulasi
Sebagai perbandingan, saat ini Vietnam memiliki 22 Kementerian dan akan dikurangi, setidaknya menjadi 19 kementerian saja. Sedangkan Indonesia bertambah jadi 34 kementerian tanpa ada rencana pengurangan. Dengan kabinet yang gemuk ini, pemerintah Indonesia menghabiskan anggaran setidaknya Rp1.016,1 triliun (2024).
Vietnam kini juga menjadi partner berbagai perusahaan besar untuk berinvestasi di negara tersebut. Di beberapa kesempatan, Redaksi Suara.com menemukan anggapan bahwa Vietnam adalah new China. Hal ini ditunjukkan dengan masifnya investasi di negara tersebut, diantaranya Apple, Tesla hingga Microsoft.
Meski demikian reformasi Vietnam bukan tanpa risiko. Diantaranya, penundaan persetujuan proyek selama masa transisi hingga potensi PHK PNS.
Leif Schneider, kepala firma hukum internasional Luther di Vietnam, dikutip dari Reuters, memperingatkan bahwa "investor mungkin mengalami penundaan atau ketidakpastian saat struktur baru dibangun".
Reformasi birokrasi Vietnam menunjukkan komitmen kuat untuk meningkatkan efisiensi pemerintahan dan daya saing ekonomi. Meskipun ada tantangan jangka pendek, langkah ini dipercaya dapat memperkuat posisi Vietnam dalam jangka panjang.
Sementara itu, Indonesia masih mempertahankan struktur pemerintahan yang lebih besar, dengan fokus pada peningkatan penerimaan negara melalui kebijakan pajak menghadapi tantangan yang sangat besar. Terlebih, saat ini ekonomi Indonesia masih dalam tahap pemulihan pasca COVID-19.
Berita Terkait
-
Protes Kenaikan PPN 12 Persen, Ahok Sindir soal Rekrutmen PNS di Era Prabowo: Itu Duit Kita Bos!
-
Bawa-bawa Thom Haye, Coach Justin Tak Lagi Percaya STY: Gue Benar-benar Kecewa Setelah...
-
Emosi Tak Terbendung Lagi, Fanny Soegi Sampai Bilang Begini Terkait PPN 12 Persen: Kebobrokan...
-
Mengulas Kembali Kekalahan Telak Timnas Indonesia dari Filipina pada Piala AFF 2014
-
Baskara Putra Keras Kritik Kenaikan PPN 12 Persen, Fans Khawatir: Kami Belum Nonton Konser Lu
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
Terkini
-
Warga Ujung Negeri Kini Hidup dalam Terang, Listrik PLN Bawa Harapan Baru
-
SIG Pimpin BUMN Klaster Infrastruktur Perkuat Riset Konstruksi Rendah Karbon
-
Perusahaan Rokok Sampoerna Beli Patriot Bond Rp 500 Miliar, Ini Tujuannya
-
Bahlil Ingin Belajar Produksi Bioenergi Karbon dari Brasil
-
Nasib Perobohan Tiang Monorel Masih Tunggu Perumusan Skema
-
Wacana Kebijakan Kemasan Rokok Polos Dinilai Bisa Ganggu Rantai Pasok IHT
-
Aset Dana Pensiun Indonesia Tertinggal Jauh dari Malaysia
-
Menkeu Purbaya dan Bos Pertamina Lakukan Pertemuan Tertutup: Mereka Semakin Semangat Bangun Kilang
-
Sedih, 80 Persen Lansia Gantungkan Hidup di Generasi Sandwich
-
Transaksi Aset Kripto Tembus Rp 446,55 Triliun, Gimana Peluang dan Tantangannya?