Suara.com - China telah menyetujui pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia. Bendungan tersebut, yang akan berlokasi di bagian hilir sungai Yarlung Tsangpo, dapat menghasilkan kapasitas energi lebih besar.
Dilansir BBC, bendungan ini menghasilkan energi tiga kali lebih banyak daripada Bendungan Tiga Ngarai, yang saat ini merupakan pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia.Beberapa laporan menyebutkan bahwa bendungan ini akan menjadi yang terbesar di dunia, dengan biaya investasi mencapai 1 triliun yuan atau sekitar Rp2.217 triliun.
Proyek ini menjadi salah satu infrastruktur termahal dalam sejarah, sekaligus langkah besar bagi upaya Beijing untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, proyek ini juga berpotensi memicu ketegangan antara China dan India. Sungai Yarlung Tsangpo mengalir melalui wilayah Arunachal Pradesh yang disengketakan, sebelum akhirnya bermuara ke salah satu sungai utama di India.
Padahal, hubungan bilateral kedua negara baru saja stabil setelah kebuntuan empat tahun pasca bentrokan perbatasan pada Juni 2020 yang menewaskan sekitar 20 tentara India dan setidaknya empat tentara China.
Selain itu Kementerian luar negeri China sebelumnya telah menanggapi kekhawatiran India seputar bendungan yang diusulkan, dengan mengatakan pada tahun 2020 bahwa China memiliki "hak yang sah" untuk membendung sungai dan telah mempertimbangkan dampak hilirnya.
China juga berjanji akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan keamanan dan perlindungan lingkungan.
"Tidak akan ada dampak buruk bagi negara-negara di hilir," demikian pernyataan China. Mereka juga menambahkan bahwa China telah bekerja sama dengan negara-negara di hilir dalam hal berbagi data hidrologi, pencegahan bencana, dan tanggap darurat. "China akan terus menjaga komunikasi dengan negara-negara hilir melalui saluran yang ada," tambahnya.
Bendungan besar yang dikelola China di perbatasan India ini berpotensi memberikan Beijing kendali atas aliran air ke India, yang bisa digunakan sebagai alat tawar dalam situasi politik yang tegang. Kedua negara telah membentuk mekanisme pertukaran informasi untuk mengelola isu-isu seperti ini sejak 2006, dan terakhir mengadakan pertemuan virtual pada Mei 2022, menurut Kementerian Sumber Daya Air China.
Baca Juga: Meninggal di Usia 92 Tahun, Segini Harta Warisan Manmohan Singh Pernah Menjadi PM India
Berita Terkait
-
Trump-Xi Jinping 'Damai', Mendadak AS Malah Blokir Chip Nvidia ke China
-
Daftar 24 Perusahaan yang Bakal Garap Proyek Waste to Energy, Mayoritas dari China
-
Menkeu Purbaya Sebut Krisis China Tak Mungkin, Singgung Sistem Komunis
-
Ngakak Bareng Aa' Juju, Petualangan Kocak di India Bikin Netizen Ketagihan!
-
Heboh Gudang Ompreng MBG di Jakut Palsukan Label Halal, APMAKI: Pelaku Harus Ditindak Tegas!
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
-
IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing
-
Riset: Penundaan Suntik Mati PLTU Justru Bahayakan 156 Ribu Jiwa dan Rugikan Negara Rp 1,822 T
-
Rupiah Terkapar Lemah di Penutupan Hari Ini ke Level Rp 16.700 per USD
-
Emiten Milik Sandiaga Uno SRTG Tekor Rp 2,43 Triliun di Kuartal III-2025
-
Inflasi YoY Oktober 2,86 Persen, Mendagri: Masih Aman & Menyenangkan Produsen maupun Konsumen