Suara.com - Kasus korupsi terkait tata niaga timah memasuki babak baru dengan menyeret lima perusahaan yakni PT RBT, PT SIP, PT TIN, PT SB, dan CV VIP. Kelima perusahaan tersebut ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini dengan dugaan kerugian negara mencapai Rp 300 triliun selama periode 2015 hingga 2022.
Namun, Pakar Hukum Jamin Ginting, memandang tindakan Kejaksaan Agung dalam menetapkan dakwaan terhadap perusahaan-perusahaan itu kurang tepat. Kalaupun mau tetap diterapkan, harusnya dakwaan tidak hanya terbatas pada 5 perusahaan saja, tetapi juga menyeret PT Timah sendiri.
"Penerapan dakwaan yang dilakukan Kejagung tidak tepat, kecuali jika ada indikasi suap dan penyalahgunaan wewenang. Tidak semua hal yang menyebabkan kerugian negara dapat langsung dikategorikan sebagai korupsi. Seharusnya, para petinggi PT Timah juga diproses jika memang ini terkait dengan tindak pidana korupsi," tegas dia ditulis Selasa (7/1/2025).
Lebih lanjut Jamin menekankan bahwa pengaturan hukum dalam kasus ini seharusnya lebih mengarah pada kerusakan lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat kegiatan pertambangan timah, bukan langsung dikategorikan sebagai korupsi.
Jamin kemudian menjelaskan bahwa kasus ini lebih tepatnya menggunakan aturan dalam hukum lingkungan hidup, yang sudah mengatur perusahaan sebagai tersangka korporasi.
Meski beberapa perusahaan sudah diadili dalam kaitannya dengan kerusakan lingkungan, dalam hal ini perhitungan kerugian negara yang disebutkan, yang mencapai Rp 300 triliun, justru malah membuat bingung.
Pasalnya, kerugian tersebut bukanlah bentuk kerugian negara yang nyata, melainkan potensi kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan timah yang belum membebani negara secara langsung.
Hal inilah yang menurutnya perlu diluruskan, karena perhitungan kerugian negara yang tidak jelas ini menyebabkan kebingungannya.
"Ini membingungkan, karena kasus ini bukan semata-mata tindak pidana korupsi (tipikor), melainkan terkait dengan kerusakan lingkungan hidup. Ketentuan hukum yang ada dalam UU Tipikor tidak dapat mengatur masalah ini dengan baik. Kerugian negara yang dimaksud lebih kepada potensi kerusakan lingkungan yang timbul akibat pertambangan timah, yang belum membebani negara secara langsung," jelas dia.
Baca Juga: Masih Rancu, Pakar Sebut Perlu Audit Ulang Hitung Kerugian Korupsi Tata Kelola Niaga Timah
Lebih lanjut, Ginting menyatakan bahwa meskipun perusahaan bisa dijadikan tersangka dalam hal ini, hal itu harus didasarkan pada perhitungan yang lebih pasti dan matang.
Jika terbukti perusahaan merusak lingkungan, maka hal tersebut bisa dimasukkan dalam kategori tindak pidana korupsi, mengingat kerusakan yang ditimbulkan dapat berakibat sangat merugikan negara.
Namun, Jamin menegaskan bahwa potensi kerugian negara yang disebutkan dalam kasus ini belum dapat dianggap sebagai kerugian yang sesungguhnya, mengingat belum ada dana yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan tersebut.
"Yang perlu ditekankan adalah bahwa potensi kerugian negara yang disebutkan dalam kasus ini masih sangat kabur, karena kerugian tersebut belum bersifat nyata dan belum ada dana yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan tersebut," tutup Jamin.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Pakar Pangan Menilai Harga Gabah di Masa Pemerintahan Prabowo Menyenangkan
-
Hadirkan Musik Kelas Dunia Melalui Konser Babyface dengan Penawaran Eksklusif BRImo Diskon 25%
-
RDN BCA Dibobol Rp 70 Miliar, OJK Akui Ada Potensi Sistemik
-
ESDM Pastikan Revisi UU Migas Dorong Investasi Baru dan Pengelolaan Energi yang Berkelanjutan
-
Penyaluran Pupuk Subsidi Diingatkan Harus Sesuai HET, Jika Langgar Kios Kena Sanksi
-
Tak Mau Nanggung Beban, Purbaya Serahkan Utang Kereta Cepat ke Danantara
-
Modal Asing Rp 6,43 Triliun Masuk Deras ke Dalam Negeri Pada Pekan Ini, Paling Banyak ke SBN
-
Pertamina Beberkan Hasil Penggunaan AI dalam Penyaluran BBM Subsidi
-
Keluarkan Rp 176,95 Miliar, Aneka Tambang (ANTM) Ungkap Hasil Eksplorasi Tambang Emas Hingga Bauksit
-
Emiten PPRO Ubah Hunian Jadi Lifestyle Hub, Strategi Baru Genjot Pendapatan Berulang